


Selamat pagi semua. Ini pagi yang sempurna bagi saya untuk meneruskan hari dengan blog saya ini, diringi secangkir kopi. Ini kopi kampung asli, dari biji kopi pilhan. Tentu kopi saya mengelegar rasanya. Mau tau rasanya, sedikit kental, tidak terlalu manis, agak semriwing pahitnya, pokoknya “Maknyus!” Dan tentu tambah maknyus ditambah sepiring makanan khas kota saya, pempek.
Setelah merasakan maknyus kopi tadi, sambil kepala terangguk-angguk mendengarkan Lenny Kravitz dengan “It aint’s over till it’s over”nya itu, saya menghela nafas sebentar teringat kalau hari ini hari minggu. Bukankah ini masih libur, kenapa saya masih di rumah saja…..? Dan hehehe, apa perlunya lagi keluar kalau kenikmatan hidup sudah ada semua disini. Yang saya maksud apa kebutuhan mendasar yang saya butuhkan rasanya sudah terpenuhi, yatitu melepaskan uneg-uneg dalam catatan ini.
Ya setiap orang pasti memiliki kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi. Saya tidak perlu toh menjembrengi teori Abraham Maslow disini, nanti ditertawakan oleh siapapun yang membaca blog saya yang sudah pinter-pinter ini. Apakah itu kebutuhan basic atau kebutuhan self actualization estem, tentu berbeda-beda pada setiap orang. Setidaknya saya dan kita semua patut bersyukur karena tidak mengalami kesulitan hidup seperti saudara-saudara kita korban Lumpur Lapindo di Porong yang sekarang masih terumbang-ambing jadi pengungsi, atau seperti saudara-saudara kita yang jadi korban Situ Gintung. Mudahan-mudahan kita bisa membantu mereka sesuai kemampuan kita.
Kembali ke kebutuhan dasar tadi, ya….itulah kebutuhan dasar yang saya rasakan saat ini, kebutuhan mengaktualisasikan diri (Self Actualization Need) sesuai dengan persepsi dan rasa dari olah jiwa saya.. Saya simple orangnya, tidak harus punya status sosial sebagai orang top, pejabat tenar atau selebriti supaya saya merasa aktualisasi diri saya telah tercapai. Cukup begini saja, mengalir apa adanya. Di kantor saya mengerjakan tugas saya dengan ikhlas. Di luar itu saya ya utak-atik blog ini dalam rangka mencapai obsesi saya sebagai penulis, hihi. Tidak harus jadi penulis terkenal, cukuplah kalau apa yang saya tulis bermanfaat bagi saya terutama, bagi keluarga saya, dan bagi banyak orang kalau ini ada manfaatnya.bagi mereka. Dengan begitu hidup ini jadi bermakna. Dan, thanks God, dengan adanya internet, ini memudahkan saya menuangkan uneg-uneg saya. Tanpa melalu seleksi dari dewan redaksi, tanpa diediti mereka, jebret, tulisan saya bisa saya publikasikan di blog ini. Ini memiliki gregetnya sendiri.
Inilah obsesi saya pagi ini, menuangkan tulisan di blog sebagai ajang pelepasan uneg-uneg, juga melatih kemampuan saya dalam menulis. Obsesi yang sederhana. Obsesi sederhana tidaklah berarti kita memiliki cita-cita yang kecil atau kecil harapan. Itu lebih realistis dan apa adanya. Jadi tidak membebani diri sendiri dan pada akhirnya tidak membebani orang-orang di sekitar kita. Hayo, percaya tidak kalau kita jadi sangat terobsesi akan sesuatu itu akan merepotkan diri sendiri, akhirnya juga akan merepotkan, membingungkan dan mengesalkan orang-orang di sekitar kita….? Coba saja anda analisa hal tersebut.
Sekali lagi, bagi saya kebutuhan menuangkan uneg-uneg dalam catatan, postingan di blog bagi saya adalah kebutuhan mengaktualisasikan diri. Setiap manusia pada dasarnya butuh pengakuan, butuh diakui eksistensinya. Setiap orang memiliki obsesi, meski obsesi itu mungkin sangat sederhana dan bagi orang lain itu kecil.. Bagaimana kalau tidak dipenuhi, saya kira setiap blogger merasakannya, terasa ada yang kurang, jadi tidak plong.. Oleh karena itulah saya harus menuangkannya disini supaya saya lega, supaya saya merasa plong.
Saya akhiri renungan ini sambil mereguk kembali kopi saya. Teman, bagaimana pendapat anda, apa anda setuju dengan apa yang saya tuangkan ini, apakah yang kita rasakan sama....? Mari kita renungkan bersama. Saya tunggu uneg-uneg, komentar anda.
He, kadang saya gak habis pikir, kenapa kita (Kita...? tepatnya saya) menghabiskan begitu banyak waktu melototi segala hal yang dijejalkan d...