
Dandelion menanti anginnya.
Bukan seperti budak tapi seperti kekasih yang mencinta
Dandelion tak jemu menunggu seperti dia menunggumu
Bukan untuk keindahan sebuah janji tapi demi kata setia
Dia berdiri disana. Sebuah saat yang jauh dari waktunya menjelaga. Angin berhembus seperti bisikkan segala sedu sedannya, entah kenapa terdengar indah. Kembang sepatu merah tua melambai manis meski warnanya masih samar sebab tertimpa kabut. Terbang, terbanglah rasa sebab buihnya tak lagi hadirkan gelombang indah di pantai kita. Ia mendesis tak jelas. Maka sebuah pesan ia tibakan kepada seseorang. Isinya, "Sudahlah. Bukankah diantara kita tetap harus saling mengingat dengan indah. Kita pisah". Pesan diterima menembus samudera. Lalu seseorang membaca pesan itu sambil tergagap. Saat itu tepat pukul 05.45 pagi. Ketel air sedang mencicit. Tepat waktu dimana betinanya biasa meyeduh secangkir kopinya.
Seseorang sedang terpekur menatap berita televisi. Tubuhnya lelah, pikirannya sedang penuh. Entah berita apa saja yang telah ia saksikan hingga dahinya berkerut dan senyumnya yang tadi ada mendadak lenyap dari wajahnya. Mungkin berita seputar kehebohan dan keruwetan The Age dan Wikileaks Mungkin tentang berita Tsuami di Jepang. Maka tiba-tiba saja ia ia merasa dunia ia telah begitu kacau dan tua, lalu teringat sebuah pemeo lama di kampungnya. Gerobak Buruk, Sapi Gila.
Maaf bila anda asing dengan istilah itu. Sebab dia belum menemukan padanan kata yang pas. Agak malas memikirkan padanan katanya. Begitulah ia mendesis sambil menghirup secangkir kopinya, masih dengan dahi berkerut. Ya ya ya. Mungkin maknanya sama dengan sebuah situasi yang ditunjukkan oleh sebuah gerobak buruk ditarik oleh sapi gila. Bayangkanlah bila sebuah gerobak buruk ditarik oleh sapi gila...!? bagaimana jalannya gerobak itu...?
Sebab apakah dia mendadak memikirkan pemeo lamanya, Gerobak Buruk (butut), Sapi Gila itu..? Entahlah. Ia tak menjawab. Menurut anda, apa yang dipikirkannya ? Kira-kira berita apa saja lagi yang telah ia saksikan di televisi tadi hingga ia berpikir seperti itu?
Ya, bisa banyak kemungkinan. Dan bisa pula cuma pikiran alam bawah sadarnya saja, bahwa tubuh yang lelah dan pikiran yang penuh itu perlu beristirahat (jika tidak akan fatal, seperti halnya gerobak buruk, sapi gila). Sebab akhir pekan telah tiba. Mari beristirahat dan menikmati hari dengan tersenyum. Singkirkan kesumpekkan. Salam.
He, kadang saya gak habis pikir, kenapa kita (Kita...? tepatnya saya) menghabiskan begitu banyak waktu melototi segala hal yang dijejalkan d...