
Di samping kanan cawan-cawan kopinya tergeletak laptop yang masih hangat, tanda belum lama digunakan. Di dalam laptop itu tersimpan beberapa file tulisan yang baru saja ditulisnya. Tulisan disebabkan revolusi. Revolusi cawan-cawan kopi, demikian ia menyebutnya. Disebutnya begitu karena cawan-cawan kopi itulah yang merevolusikan jiwanya.
Ya, bila jiwa meronta akan ketimpangan yang ada, hanya ada satu kata yang tepat "Lawan". Bila realitas kehidupan sisakan kekacauan di masyarakat, hanya ada satu kata "Lawan!". Iapun melawan. Ia meronta. Ia berevolusi merontokkan geramnya meski hanya berupa tulisan ditemani bercawan-cawan kopi.
Semoga ia tidak tersesat, begitulah bisik diam-diam beberapa cawan kopi yang memandanginya dengan sendu. Dan lelaki itu tertunduk dengan mata terkatup. Ketika orang-orang bergegas menuju tempat kerja, lelaki itu ambruk. Kantuk akhirnya menyerangnya. Adakah revolusi cawan-cawan kopinya akan hasilkan perubahan sebagaimana yang diinginkannya ....? He, entahlah kawan. Mungkin tergantung pada sisi mana kita memandangnya.