
tadi sekali ketika fajar menyeruak
Kau bergeming pada kabutmu
menepi sambil tersenyum dibalik embun
Pada tepianmu aku tertawan
menyerah pada beningmu yang menawan
Aku milikmu wahai pagi
sebelum mentari membuatku kelu, biarkan aku menyepi
Kemanakah Wati pulang mengistirahatkan raga bila senja telah menjelang......? Begitulah tanya handai taulan pada sang Wati. Maka sang Watipun menjawab, ke sarangku, Sarang Wati. He, jangan anggap Wati sebagai seekor burung. Dia gadis jelita, primadona pada zamannya. Rumahnya tepat di pinggir jalan sebuah kota. Agak menjorok ke belakang dengan undakkan tanah yang lebih tinggi, sebuah paviliun rumah tersebut berdiri dengan megah bertuliskan "Sarang Wati". Itulah kamar Wati si gadis jelita.
Tanpa sengaja, kemarin, saya melintas tepat di hadapan rumah dengan paviliun bertuliskan "Sarag wati" itu. Memandangnya lagi, hm, melahirkan sejuta kenangan. Betapa tidak, ketika kecil dulu saya mengangankan memiliki kamar seperti sang Wati. Sering minta pada orang tua saya agar dibuatkan kamar khusus bertuliskan "Sarang Newsoul", hehe. Keinginan yang tidak tercapai. Dan ketika melintas di depan "Sarang Wati" tersebut, ingatan itu muncul lagi. Sayang rumah dengan paviliun "Sarang Wati" itu kini dalam kondisi tidak terawat. Menimbulkan rasa prihatin memandangnya.
Maka kemanakah sang wati....? Pertanyaan yang tak saya miliki jawabannya. Wat, Wati, Wati..., ah saya ingat, beliau sebaya dengan kakak perempuan saya yang nomor satu. Saya ingat-ingat lagi rasanya ketika SD saya pernah sekelas dengan adiknya, Dewi (Entah kenapa saya pernah sekelas dengan Dewi, padahal Dewi ketika itu usianya jauh di atas kami teman sekelasnya). Sayang sekali saya putus kontak dengan Dewi. Sayapun kehilangan jejak sang Wati.
Sarang Wati masih saya pandangi. Pohon-pohon tinggi menutupi paviliun itu, untung masih bisa terbaca tulisan "Sarang Wati"nya. Kelihatannya keluarga itu sudah tidak lagi berada di sana. Rumah itu sangat tidak terawat. Bagian kiri rumah dihuni oleh yang menunggu rumah utama, memberi pemandangan jemuran pakaian semrawut yang membuat mata saya tak nyaman.
Beginilah bila sebuah keindahan tidak dirawat dengan baik. Menimbulkan goresan pada keinangan indah yang pernah ada. Seperti hempasan ombak yang mengggelegar di pantai, sebuah pertanyaan tiba-tiba saja menganga di benak saya. Sarang Wati, dimanakah tuanmu (Wati) berada kini....?
Makanan itu harus menarik, setuju dong saya. Makanan itu harus keren warnanya, ya bolehlah. Makanan itu harus sehat dan aman dimakan...? sa...