Tiga Kuntum Mawar
Seseorang sedang terbungkuk menatap seonggok tanaman dengan batang berduri, tepat ketika secangkir kopinya tandas. Tanaman itu tengah berbunga, bunga yang disebut orang sebagai "Mawar". Kuntum bunga yang indah. Jumlahnya tiga. Ya tiga kuntum mawar.
Senyumnyapun mengembang demi menatap tiga kuntum mawarnya. Ternyata hari ini tanggal 3. Tiga kuntum mawar itu seolah menyambut tanggal hari ini. Iapun tergelak. Mawarpun peka rupanya, hehe. Kebetulan yang menyenangkan.
Maka kepada siapakah tiga kuntum mawar ini akan dipersembahkan...? Sebuah tanya muncul begitu saja di benaknya. Sambil menatap tiga kuntum mawar itu, ia merenung hingga menemukan jawabannya.
Kuntum pertama, akan kuberikan pada seorang yang menurutku paling membutuhkannya. Perempuan baik hati tapi pemurung, di kantornya. Semoga sekuntum mawar itu akan cukup menghiburnya dan membuatnya tersenyum. Iapun memotong kuntum pertama mawar tersebut.
Kuntum kedua, akan kuberikan kepada ibuku. Ibu, perempuan paling berjasa dalam hidupku. Darahku berasal darinya. Seperti itulah ia sering berujar. Pasti ibuku kan bahagia. Sebelum ke kantor nanti akan kuhantarkan sekuntum mawar ini ke makam ibuku desisnya sambil memetik kuntum kedua dari sang mawar.
Kuntum ketiga....., ia masih memikirkannya sambil tangannya menyentuh kuntum terakhir mawar tersebut. Tiba-tiba, aduh!, ia berteriak kecil. Rupanya duri sang mawar telah menusuknya. Tusukan kecil yang membuat gerakan tangannya terhenti. Ia amati lagi kuntum terkahir bunga mawar itu. Sekuntum mawar yang terlihat memelas. Seperti sedang berkata,
"Aku untukmu. Kau membutuhkan harumku juga ronaku. Biarkanlah tetap disini mengharumi halamanmu. Memberi indah sampai aku layu..."
Kata-kata yang seketika membuat gunting tanaman yang tadi berada di tangannya kini terjatuh. Ia tak mengerti. Mungkin tak perlu ia mengerti. Hanya sebuah pesan yang mungkin dittiipkan langit lewat sang mawar untuknya. Sepertinya mengingatkan dirinya sendiri. Bahwa diapun memerlukan wangi juga senyum indah sang mawar. Setidaknya untuk memberi wangi dan menambah seri jagad halamannya ini. Begitulah kejadian di salah satu sudut bumi, tepat pada tanggal tiga, he, lupa bulannya. Selamat pagi.
Gambar diambil dari sini
Senyumnyapun mengembang demi menatap tiga kuntum mawarnya. Ternyata hari ini tanggal 3. Tiga kuntum mawar itu seolah menyambut tanggal hari ini. Iapun tergelak. Mawarpun peka rupanya, hehe. Kebetulan yang menyenangkan.
Maka kepada siapakah tiga kuntum mawar ini akan dipersembahkan...? Sebuah tanya muncul begitu saja di benaknya. Sambil menatap tiga kuntum mawar itu, ia merenung hingga menemukan jawabannya.
Kuntum pertama, akan kuberikan pada seorang yang menurutku paling membutuhkannya. Perempuan baik hati tapi pemurung, di kantornya. Semoga sekuntum mawar itu akan cukup menghiburnya dan membuatnya tersenyum. Iapun memotong kuntum pertama mawar tersebut.
Kuntum kedua, akan kuberikan kepada ibuku. Ibu, perempuan paling berjasa dalam hidupku. Darahku berasal darinya. Seperti itulah ia sering berujar. Pasti ibuku kan bahagia. Sebelum ke kantor nanti akan kuhantarkan sekuntum mawar ini ke makam ibuku desisnya sambil memetik kuntum kedua dari sang mawar.
Kuntum ketiga....., ia masih memikirkannya sambil tangannya menyentuh kuntum terakhir mawar tersebut. Tiba-tiba, aduh!, ia berteriak kecil. Rupanya duri sang mawar telah menusuknya. Tusukan kecil yang membuat gerakan tangannya terhenti. Ia amati lagi kuntum terkahir bunga mawar itu. Sekuntum mawar yang terlihat memelas. Seperti sedang berkata,
"Aku untukmu. Kau membutuhkan harumku juga ronaku. Biarkanlah tetap disini mengharumi halamanmu. Memberi indah sampai aku layu..."
Kata-kata yang seketika membuat gunting tanaman yang tadi berada di tangannya kini terjatuh. Ia tak mengerti. Mungkin tak perlu ia mengerti. Hanya sebuah pesan yang mungkin dittiipkan langit lewat sang mawar untuknya. Sepertinya mengingatkan dirinya sendiri. Bahwa diapun memerlukan wangi juga senyum indah sang mawar. Setidaknya untuk memberi wangi dan menambah seri jagad halamannya ini. Begitulah kejadian di salah satu sudut bumi, tepat pada tanggal tiga, he, lupa bulannya. Selamat pagi.
Gambar diambil dari sini
mampir pagi menikmati harumnya mawar...
ReplyDeleteHayah... tadinya mau mengomnetari gambarnya, tapi kok dapet nyulik hehehe...
ReplyDelete3 mawar berduri :)
memberi indah sampai aku layu.....
ReplyDeletedalem kata katanya :D
like it lah mbak XD
salam kenal dari blogger abnromal
jiwa sosial yang tinggi, sampai melupakan kebutuhan diri sendiri. baikkah ini? mungkin, tapi tak selamanya karena kitapun memiliki hak yang ingin dipenuhi.
ReplyDeletemawarnya cantik banget Mbak.. Merah jambu..
ReplyDeletewah bunga mawarnya hebat, bisa ngomong. Loh ???
ReplyDeletemawar dan newsoul...
ReplyDeletecocok sekali
hehe, sama2 temanya bunga :) tapi apakah maksud 'mawar' yang ada di narasi ini? Mawar kiasan? Mawar sungguhan?
ReplyDeleteSelamat siang Yuk. Ini mawar virtual untuk Yuk Eli (^.^)--</@
wah, mawarnya cantik banget. pink gitu lho warnanya..
ReplyDeleteibuuuuuuuuuuu,,,im backkk heheheh
ReplyDeleteberarti kita harus mempunyai waktu untuk diri kita sendiri kah??*sok tau*
kok lupa bulannya :(
bole ga saya petik mawarnya 1 aja..:)
ReplyDeletejadi orang baik kadang memang gitu, hingga lupa ama diri sendiri :)
ReplyDeleteMbak elly,,,???
ReplyDelete@all (Bang Iwan, Anazkia, Ketawa Bersama Oby, Abi Sabila, Rita Asmara, Antaresa, Seiri Hanako, de asmara, Sang Cerpenis, Rainy, Julianusginting, Aulawi, Trimatra, semua) terimakasih komentarnya. Kisah di aats memang terinspirasi dari bunga mawar. Mawar perlambang keharuman dan keindahan yang layak kita rawat, bahkan kita miliki. Selamat pagi semua. Trimatra, ada apa ?
ReplyDeletemawarnya wangi..apalagi pagi harii :)
ReplyDelete3 kuntum mawar merah muda yang mempesona, telah membuatku ceria oleh keindahan dan semerbak wanginya...
ReplyDeletemet sore Mbak, apa kabar?
ReplyDelete