Lebaran Itu...

Lebaran itu ... adalah kesibukan tiada tara menjelang berakhirnya Ramadhan. Lebaran itu, tamu maha besar yang akan tiba dan hinggap di setiap rumah yang meyambutnya. Rasanya, seperti itulah kenangan yang tertanam di kepala. Bayangkanlah kesibukan menyambut tamu maha hebat itu.

Mengecat rumah beserta  pagarnya. Membersihkan halaman rumah. Bunga-bunga di pot diberi perhatian ekstra. Dibuang batang dan daun layunya. Tanaman yang tumbuh di sisi pagar dipangkas. Membuat aneka kue kering untuk pengisi toples. Menyiapkan aneka kue basah. Lapis, engkak, maksuba (entah dengan paksuba dan nasuba, he). Membeli kursi baru, dan aneka perabot baru, ah, nyaris tak pernah. Rasanya seperti itulah.

Abang abang laki-laki (cuma 2 orang) terkena bagian mengecat rumah dan pagar. Kami yang perempuan (7 orang), menyelesaikan sisanya. Berat, sungguh berat. Tetapi, kami melakukannya dengan suka cita. Sebab denting lebaran itu tiba seperti percikan maha indah di jiwa kecil kami ketika itu. Saat mendengar beduk tanda tibanya lebaran, meski badan letih tak terkira, bahagia tiba dan lelah itu sirna. Hanya, setelah Sholat Idul Fitri dan cara maaf-maafan usai, biasanya saya akan mengunci diri di dalam kamar. Tidur nnyenyak.

Begitulah ingatan tentang lebaran. Saya memikirkannya sambil mencari-cari apakah yang kurang pada lebaran kali ini. Hiks, rupanya ibu saya. Ini lebaran ke-2 kami tanpa beliau. Betapa beliau telah menanamkan arti lebaran syahdu yang tak bisa tergantikan oleh apapun di benak kami anak-anaknya. Meski kami mengulang lagi apa hal-hal yang biasa beliau lakukan (memasak opor ayam dan gulai Anam), rasanya tetap tak sama. Lebaran sebentar lagi tiba bu, terimakasih telah menghadirkan kepada kami dengan caramu. 

Selamat menyambut Idul Fitri 1433H. Mohon maaf lahir dan bathin. Salam.

Comments

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.