Menghamba Pada Nurani

Bila Dia menitipkan kebenaranNya pada sebuah titik bernama Nurani, maka mari menghamba pada nurani kita. Ya, mari kita sederhanakan saja. Sebab sederhana itu memudahkan. Sederhana itu meringankan. Dan marilah melakukan apa saja suara kebenaran yang menggelora di jiwa kita. Tanpa harus menjadikannya rumit. Tanpa harus mempertanyakan pahalanya bagi kita.

Tentu saja saya cuma terpekur. Terpekur merenungkan bisik sang bunga Ilalang samibl menatap langit-langit kamar. Ketika ini juga panggilanNya berkumandang. Maaf, saya harus bergegas memenuhinya. Maafkan saya juga telah menyampaikan bisikkan sang Ilalang tentang "Menghamba pada Nurani" tadi. Tentu saja ini cuma bisikan. Tepiskan saja bila tidak berkenan. Selamat sore kawan.

Comments

  1. Bisikan Ilalang yang diantar oleh hembusan angin selatan membuat hati ini senantiasa kangen untuk berkunjung disini.

    ReplyDelete
  2. yang sederhana itu memang memudahkan, tapi seringnya kita selalu tenggelam dalam kerumitan :)

    ReplyDelete
  3. hati nurani
    tempat paling suci di dalam diri yang kotor
    gimana jadinya kalau suaranya sudah nggak didengarkan lagi??

    ReplyDelete
  4. selamat senja menjelang malam mbak,,
    nurani tak pernah mati....
    quick post, i take quick comment too ;))

    ReplyDelete
  5. dimana sembunyi, nurani dimana berhenti

    ReplyDelete
  6. selamat malam mbak (hehe disini dah malem)...

    subhanallah tulisanmu mbak....inspiratif....

    ReplyDelete
  7. sebuah bahasa yang tenang dan indah,
    mengalir dalam nurani,,

    kita harus percaya kepada nurani, ketika ia berbisik dan sampaikan pada ilalang,,
    dan dengarkanlah nurani kita,,,

    nice mba,,

    salam, langitsenja..^_*

    ReplyDelete
  8. dosa pahala? sudah tertulis jelas di kitab masing2 yang mana bagian2nya.

    tapi tugas kita bukan menghitung itu. tugas kita amar ma'ruf nahi munkar, terhadap sesama, & terutama terhadap diri kita sendiri :)

    ReplyDelete
  9. menenangkan batinku yang kacau mbak...

    ReplyDelete
  10. -_-_-_-_-_-_-Cosmorary-_-_-_-_-_-_-
    Assalamualaikum,
    *******Salam ‘Blog’!!*******
    “””Bisikann ilalang..
    Ilalang
    Ilalang
    Terbang
    Hembuskan
    Huh...
    Heheheh
    ^_____^
    ”“”
    -_-_-_-_-_-_-Cosmorary-_-_-_-_-_-_-

    ReplyDelete
  11. bisikan nurani selalu saya tunggu datangnya bila saya sudah mentok tak lagi bisa berpilkir dengan logika dan akal sehat....

    ReplyDelete
  12. Kata2nya mbak elly neh puitis2 banget yah.... pengen bisa kayak gitu.... tp susah...hehehehe....

    ReplyDelete
  13. Sepakat, bunda. Tepiskan saja bila tak berkenan. Nice post seperti biasa.

    ReplyDelete
  14. jadi maknanya kita harus berpegang teguh pada hati nurani ini dan menepis semua godaan dalam melaksanakan ibadah. begitu yah mbak???

    ReplyDelete
  15. sederhana biasanya dalam... :-)

    ReplyDelete
  16. Tanpa harus mempertanyakan pahalanya bagi kita. (setuju banget dech)

    ReplyDelete
  17. menempatkan nurani sebagai penguasa hati... cieee... (denger di mana ni kalimat yah?! :p)

    ReplyDelete
  18. @all (Stiawan, Minomino, Seiri Hanako, Fi, Munir Ardi, Alrezamittariq, HdsenCe, de Asmara, Yunna, Aviorcief, Sekar Lawu, Vamos Angie, Ivan Kavalera, U-mar, A-chen, Ahmad Flamboyant, YolliZ, semua) terimakasih komentarnya. Ya, nurani tak akan menjeruuskan kita. Nurani akan selalu menuntun kita. Jadi, mari dengarkan nurani kita.

    ReplyDelete
  19. @Sang Cerpenis, siip. Kalau tidak baik mungkin bukan Nurani namanya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.