Bila Dia menitipkan kebenaranNya pada sebuah titik bernama Nurani, maka mari menghamba pada nurani kita. Ya, mari kita sederhanakan saja. Sebab sederhana itu memudahkan. Sederhana itu meringankan. Dan marilah melakukan apa saja suara kebenaran yang menggelora di jiwa kita. Tanpa harus menjadikannya rumit. Tanpa harus mempertanyakan pahalanya bagi kita.
Tentu saja saya cuma terpekur. Terpekur merenungkan bisik sang bunga Ilalang samibl menatap langit-langit kamar. Ketika ini juga panggilanNya berkumandang. Maaf, saya harus bergegas memenuhinya. Maafkan saya juga telah menyampaikan bisikkan sang Ilalang tentang "Menghamba pada Nurani" tadi. Tentu saja ini cuma bisikan. Tepiskan saja bila tidak berkenan. Selamat sore kawan.
Tentu saja saya cuma terpekur. Terpekur merenungkan bisik sang bunga Ilalang samibl menatap langit-langit kamar. Ketika ini juga panggilanNya berkumandang. Maaf, saya harus bergegas memenuhinya. Maafkan saya juga telah menyampaikan bisikkan sang Ilalang tentang "Menghamba pada Nurani" tadi. Tentu saja ini cuma bisikan. Tepiskan saja bila tidak berkenan. Selamat sore kawan.
mengamankan yang pertama dulu
ReplyDeleteBisikan Ilalang yang diantar oleh hembusan angin selatan membuat hati ini senantiasa kangen untuk berkunjung disini.
ReplyDeleteyang sederhana itu memang memudahkan, tapi seringnya kita selalu tenggelam dalam kerumitan :)
ReplyDeletehati nurani
ReplyDeletetempat paling suci di dalam diri yang kotor
gimana jadinya kalau suaranya sudah nggak didengarkan lagi??
selamat senja menjelang malam mbak,,
ReplyDeletenurani tak pernah mati....
quick post, i take quick comment too ;))
dimana sembunyi, nurani dimana berhenti
ReplyDeleteselamat malam mbak (hehe disini dah malem)...
ReplyDeletesubhanallah tulisanmu mbak....inspiratif....
sebuah bahasa yang tenang dan indah,
ReplyDeletemengalir dalam nurani,,
kita harus percaya kepada nurani, ketika ia berbisik dan sampaikan pada ilalang,,
dan dengarkanlah nurani kita,,,
nice mba,,
salam, langitsenja..^_*
dosa pahala? sudah tertulis jelas di kitab masing2 yang mana bagian2nya.
ReplyDeletetapi tugas kita bukan menghitung itu. tugas kita amar ma'ruf nahi munkar, terhadap sesama, & terutama terhadap diri kita sendiri :)
menenangkan batinku yang kacau mbak...
ReplyDelete-_-_-_-_-_-_-Cosmorary-_-_-_-_-_-_-
ReplyDeleteAssalamualaikum,
*******Salam ‘Blog’!!*******
“””Bisikann ilalang..
Ilalang
Ilalang
Terbang
Hembuskan
Huh...
Heheheh
^_____^
”“”
-_-_-_-_-_-_-Cosmorary-_-_-_-_-_-_-
bisikan nurani selalu saya tunggu datangnya bila saya sudah mentok tak lagi bisa berpilkir dengan logika dan akal sehat....
ReplyDeleteKata2nya mbak elly neh puitis2 banget yah.... pengen bisa kayak gitu.... tp susah...hehehehe....
ReplyDeleteSepakat, bunda. Tepiskan saja bila tak berkenan. Nice post seperti biasa.
ReplyDeletejadi maknanya kita harus berpegang teguh pada hati nurani ini dan menepis semua godaan dalam melaksanakan ibadah. begitu yah mbak???
ReplyDeletesederhana biasanya dalam... :-)
ReplyDeleteTanpa harus mempertanyakan pahalanya bagi kita. (setuju banget dech)
ReplyDeletemenempatkan nurani sebagai penguasa hati... cieee... (denger di mana ni kalimat yah?! :p)
ReplyDelete@all (Stiawan, Minomino, Seiri Hanako, Fi, Munir Ardi, Alrezamittariq, HdsenCe, de Asmara, Yunna, Aviorcief, Sekar Lawu, Vamos Angie, Ivan Kavalera, U-mar, A-chen, Ahmad Flamboyant, YolliZ, semua) terimakasih komentarnya. Ya, nurani tak akan menjeruuskan kita. Nurani akan selalu menuntun kita. Jadi, mari dengarkan nurani kita.
ReplyDeleteyah, nurani yg baik tentunya
ReplyDelete@Sang Cerpenis, siip. Kalau tidak baik mungkin bukan Nurani namanya.
ReplyDelete