Pesan Sehelai Daun Yang Jatuh Ke Bumi


Entah sudah helaian ke berapa dalam hitungan angka manusia ketika sehelai daun jatuh lagi ke bumi, disini. Sehelai daun jambu, jambu air dan bukan jambu klutuk. Seperti helaian yang telah jatuh sebelumnya, sehelai daun yang baru jatuh ini meninggalkan pesan.

" Aku tiba memenuhi janji siklusku. Siklusku tiba pada janji dimana aku harus jatuh ke bumi, dengan pertolongan sang angin. Maka pada sang angin yang telah meniupkanku salam takzim harus diberikan. Aku tumbuh berupa tunas hijau muda malu-malu. Menjadi daun segar warna hijau tua. Berfotosintesis untuk semesta untuk sekian lama. Akhirnya tiba jua pada bagian dimana warna hijauku mulai pupus, digantikan semburat kekuningan yang menjadi coklat. Itulah tanda akhir sikulusku. Sang angin menghantarkanku pada haribaan bumi. Maka lihatlah kalian wahai penghuni semesta, janji pada akhir siklus kita akan tiba. Berkaryalah dengan liukan indah nan harmonis sebisa yang kita lakukan sebelum tiba pada akhir siklus yang tak bisa ditolak kedatangannya...."

Saya termangu, merenungi pesan sehelai daun yang jatuh ke bumi itu. Apakah ini pesan yang layak untuk kita renungkan bersama ? Entahlah. Mari kita renungkan untuk menjawabnya.

Comments

  1. saya melihat helai daun itu tersenyum saat semburat kuning kemudian coklat merayapi tubuhnya, ia begitu bahagia telah menuntaskan tugasnya sampai akhir dan senyumnyapun tetap mengembang saat sang angin mengajaknya terbang menuju peristirahatan terakhir...

    ReplyDelete
  2. pada saatnya kita, manusia pun akan begitu... akan memenuhi siklusnya... dan berpeluk dg bumi. apakah bumi akan menerima kita seperti ia menerima sehelai daun?

    ReplyDelete
  3. Meskipun kita sudah berada di akhir siklus semoga karya kita ada gunanya.

    Salam kangen

    ReplyDelete
  4. sehelai daun dan sebuah pertanggung jawaban akan amanah dari sang pencipta mbak...

    semoga kita bisa belajar banyak ttg tanggung jawab dari sehelai daun kering yang mulai tanggal dari dahannya.

    sungguh indah.

    ReplyDelete
  5. sang daun... ketika "hijaunya" dia menciptakan bermilyar2 oksigen yang selalu dia berikan buat kehidupan tanpa mengharapkan pamrih sedikitpun... masihkah ada manusia yang seperti daun ketika "hijaunya"

    ReplyDelete
  6. sang daun... ketika "hijaunya" dia menciptakan bermilyar2 oksigen yang selalu dia berikan buat kehidupan tanpa mengharapkan pamrih sedikitpun... masihkah ada manusia yang seperti daun ketika "hijaunya"

    ReplyDelete
  7. siklus juga yang membawaku kesini, bunda. fotosintesa visi dan realita..hmmm.

    ReplyDelete
  8. segala-galanya, yg di atas bumi, patuh tunduk pada sunah Tuhan..... gravitasi.... (sepenggal lirik lagu Bimbo)

    bahkan dlm sehelai daun yg jatuh, pada fenomena gravitasi, terdapat filosofi tentang sunatullah

    ReplyDelete
  9. walau begitu kan si daun-daun tua udah menyumbangkan oksigen utk di hirup makhluk yg ada di bwah naunganya?jgn kwtr bu,akan tmbuh daun2baru yg lebih muda dan segar,setidaknya itu yg dikatakan hokage ke 3 menjelang wafat di tangan orocimaru,ahahaha. . .kok jd kartun siH?

    ReplyDelete
  10. walau begitu kan si daun-daun tua udah menyumbangkan oksigen utk di hirup makhluk yg ada di bwah naunganya?jgn kwtr bu,akan tmbuh daun2baru yg lebih muda dan segar,setidaknya itu yg dikatakan hokage ke 3 menjelang wafat di tangan orocimaru,ahahaha. . .kok jd kartun siH?

    ReplyDelete
  11. saya masih bingung dengan apa yang akan saya renungkan, karena saya masih belum bisa memahami pesan yang disampaikan.
    yang saya tahu hanyalah bagaimana siklus itu terjadi seperti bagaimana siklus sebelumnya terjadi..

    ReplyDelete
  12. ya, semua mempunyai masa sendiri-sendiri...

    ReplyDelete
  13. @all (Noor, Ducky, Puspita, Becce_lawo, Rangga, Ivan, de asmara, Aditya, Sigit, semuanya) terimakasih komentarnya. Baru agak nyantai, baru buka blog lagi. Ya, begitulah siklusnya, dalam sikluspun ada pesan bila kita menemukannya. Seperti itulah kira-kira Sigit. Selamat menyambut malam yang menjelang.

    ReplyDelete
  14. @Baho, mantap. Itulah itulah satu pesannya. Dan mari manfaatkan masa kita.

    ReplyDelete
  15. Setuju dg mas Baho, semua ada masanya. Dan ketika masa itu tiba,suka ato tidak kita harus menerimanya. Ada kepatuhan disana..
    Selamat malam Bu..

    ReplyDelete
  16. layak banget buat direnungin mbak...makasih, moga tak pernah lelah berbagi renungan ^^

    ReplyDelete
  17. Sebuah siklus, harus dilewati dengan terima apa adanya..
    ada kalanya kita berfungsi di atas menjadi alat fotosintesa namun ada masanya kita harus turun menjadi pupuk buat tanah..
    semua tetap ada fungsinya

    ReplyDelete
  18. salam bwt elly aja ah, udah nomer 17 ini. Ntr deh kalo petromak,,kupuas2sin komentar na

    ReplyDelete
  19. @all (Ajeng, Rumah Ide dan Cerita, Penikmat Buku, Itik Bali, Trimatra, semuanya) terimakasih komentarnya yang muantap ini.

    ReplyDelete
  20. nambah mbak..gpp walaupun jadi yg terakhir yg penting ngabsen disini..hehe
    semoga siklus perjalanan hidup kita seindah siklus daun jambu itu ya mbak..suka banget baca postingan mbak, selalu dalem maknanya :)

    ReplyDelete
  21. wah, dari sehelai daun saja bisa ada pesan khusus ya.

    ReplyDelete
  22. bukankah itu siklus hidup yg dahsyat kawan...
    analogi sebuah perjalanan hidup kalo ternyta tidak ada yg abadi di dunia ini...

    ReplyDelete
  23. rasanya kita semua akan seperti daun yang jatuh itu,.. yang tinggal hanyalah hasil fotosintesis yang pernah kita buat selama kita masih bergantung di ranting pohon..

    ReplyDelete
  24. seperti halnya dengan sehelai daun,...kita pun suatu saat ditakdirkan untuk gugur. maka seharusnya kita senantiasa mempersiapkan diri untuk itu.
    sebuah renungan yang mantap mbak.

    ReplyDelete
  25. analogi yg sgt bagus, mengena sekali buat jadi perenungan kita semua :) salam kenal ya:)

    ReplyDelete
  26. Tak ada yg tahu kapan akhir siklus kita akan tiba. Yg terbaik adalah melakukan yg terbaik selama kita masih diberikan 1 siklus lagi ke depan...

    ReplyDelete
  27. Setiap makhluk hidup di bumi ini diciptakan dengan tujuan masing2, khususnya untuk manusia. jadi, kewajiban kita adalah merenunginya dan memahaminya.
    great job mbak..!!!

    ReplyDelete
  28. @All (Zahra, Sang Cerpenis, Bandit Pangaratto, At Works, Stiawan, Aulawi, Aditya, Fanda, Gaitsam, semuanya) terimakasih atas komentar penuh makna ini. Aulawi Ahmad, Bandit, salam kenal juga ya.

    ReplyDelete
  29. Sebuah perenungan sederhana, dari helaian dedauanan. Sungguh, kita tak tahu, kapan waktu kita akan "terjatuh" seperti daun2 tersebut.

    ReplyDelete
  30. Di tengah hiruk pikuknya pekerjaan yang menunggu tuk diselesaikan... aku memang jadi kurang memperhatikan alam...
    Sehingga pesan dari sehelai daun yang jatuh tak sempat mampir dalam benakku.... untung saja aku mampir kesini dan sempat membaca pesan itu dituliskan disini.
    Makasih mbak Elly utk renungannya...

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.