Sebelum Mengering dan Menguap (Sesobek Kertas Yang Ditemukan Seorang Suami)


Seorang laki-laki masuk ke rumahnya mengendap-endap saat malam telah dua per tiga. Tangannya yang lelah masih bisa memutar kunci dengan trampil, nyaris tanpa suara. Ketika ia telah masuk ke dalam rumah lalu mencari minuman dingin kegemarannya, ia menemukan secarik kertas tertempel di pintu kulkas. Beginilah isinya,


Sebelum Mengering dan Menguap kata-kata
kutulis saja pesan untukmu sayang
tertempel di pintu kulkas
tempat pertama yang kau buka setelah teras

Sebelum mengering dan menguap pada lelapku
telah kuhidang makanan untukmu
tentu di meja makan itu
buka saja bila kau perlu

Sebelum mengering dan menguap asaku
susul saja aku di tempat tidur
dekap aku bila kau rindu
bangunkan aku bila kau ingin aku mendekapmu


Seketika laki-laki itu merasa kerongkongannya tercekat. Dipandanginya wajah sang istri dengan masgul. Wajah manis itu kini terlihat begitu lelah, menyulutkan rasa bersalah di benak lelaki itu. Perjalanan panjang mereka jadi tergambar begitu jelas di benaknya. Betapa mahal harga sebuah perjuangan, kesetiaan. Ada rasa sesal merambat pelan. Entah kenapa.

Tiba-tiba, laki-laki itu ingin mendekap dan didekap perempuan itu dalam gelap. Selanjutnya, tentu saja hanya mereka saja yang tau, sebab gelap dan sensor. Betapa hawa mengering mudah sekali menjadi basah dan berasa lagi bagi mereka. Entah sampai kapan. Begitulah bisik angin selatan.

Gambar diambil dari sini

Comments

  1. mantab.

    kutulis ini, sebelum mengering dan menguap rasa kagumku pada puisi di atas.

    ReplyDelete
  2. Secarik kertas yg menggugah...

    nice post mba..

    ReplyDelete
  3. speechless mbak. suka banget sama puisi di secarik kertas itu. sungguh istri yang setia.

    ReplyDelete
  4. Istriku !
    Semalam kau tidur mendahuluiku
    Ingin kutunjukkan padamu keringatku
    Keringat yang belum lagi kering
    Demi menopang hidup kita

    Istriku
    Meski lelah masih mengelayuti tubuh ini
    Tapi aku meski segera pergi
    Bukankah hidup harus kita biayai
    Maafkan aku yang harus berangkat lagi
    Tanpa berpamitan padamu
    Tak tega aku membangunkan tidur pulasmu

    Peluk cium
    Suamimu.

    ReplyDelete
  5. @Bodrox, Ateh75, Henny, Kabasaran, terimakasih komentarnya.
    @Kabasaran, hahaha, speachless deh.

    ReplyDelete
  6. Baru sempat mampir setelah goresan hampir menguap....
    secarik kertas yang menggugah...
    Mantap mbak...

    ReplyDelete
  7. hahahaha...*merasa kesindir sama mbk New soul*..

    seringnya saya menuliskan beberapa kalimat dan ditempelkan di depan pintu kamar. hanya utk sekedar pamit sama suami yg pulang terlalu malam sedang aku sudah terbuai mimpi, dan note singkat ttg cintaku pdnya..(hayah!..)

    * nice post mbak, notenya juga menguggah hatiku... :)

    ReplyDelete
  8. halaman posting ini harus buru2 di-close. jangan sampai terbaca istriku :))

    aktivitas wajib sebelum tidur: memandangi wajah anak-anak dan istri satu persatu

    ReplyDelete
  9. @Stiawan, Tisti, Ajeng, Baho, thanks komentarnya. Begtulah, kadang bosan juga lewat hp, katanya (ya kan mbak Tisti). Baho,haha, siip, suami/bapak yang baik, senang mendengarnya.

    ReplyDelete
  10. Komunikasi bisa dilakukan lewat banyak cara...
    Terkadang banyak hak yang lebih mampu terucapkan lewat tulisan daripada ucapan lisan.
    Tulisan mbak Elly di atas adalah contohnya.. ^_^

    ReplyDelete
  11. Secangkir Kopi yang Menguap untuk mampiar di blognya mabak....

    Met malam Mbakk....

    ReplyDelete
  12. Sensor di gelap-gelapan bikin saya merinding. hehe. Kadangkala kelembutan lebih menggugah dan memberi pencerahan ketimbang maki-maki atas sebuah kesalahan. Nice!

    ReplyDelete
  13. itulah hebatnya sesobek kertas bicara apa saja...dan bisa apa saja...sekering apapun akan mudah menjadi basah..

    ReplyDelete
  14. postingannya bagus mbak...bisa belajar banyak dari blog mbak ttg arti kesetiaan tiada jeda.

    ReplyDelete
  15. Duh buwel pengin meluk2 juga neh...tapi siapa ya yang mo dipeluk....hehehehhe

    ReplyDelete
  16. Sebelum mengering dan menguap asaku
    susul saja aku di tempat tidur...


    (aku sangat menyukai bagian ini...bagiku ini salah satu inti yg tak pernah akan habis dituntaskan sang suami itu) hehe

    manis, mantapp

    ReplyDelete
  17. Weleh-weleh .....sopan banget, kesabaran yang luar biasa, That's the learning of life

    with love

    ReplyDelete
  18. kekaguman takkan pernah lenyap dan kering terhadap blog ini

    ReplyDelete
  19. @all (Reni, Laks.Embun, Yans, Boykesn, becce, Buwel, a-chen, Ivan, Nelli, Munir, dll) terimakasih komentarnya. Begitulah dinamika kehidupan. Suprise dengan keluwesan kadang diperlukan, katanya kan. Buwel, Yans, Ivan, makanya cepetan merit. Ya kan mas Boyke (terimakasih meski sibuk msh sempat mampir)

    ReplyDelete
  20. Goresan (atau harusnya aku bilang ketikan ya...) mbak Elly selalu enak dibaca dan dinikmati. Enteng dan renyah (kripik 'kali??)

    ReplyDelete
  21. wahh...speechless mbak...jd terharu, nice post :)

    ReplyDelete
  22. ...mencari uang sampai keromantisan terbuang, kemudian susah payah membeli keromantisan dari uang hasil berjuang...mbuletnya!
    uang perlu, tapi selain uang juga perlu...

    ReplyDelete
  23. @all (Fanda, Ayas, Zahra, Ernut) terimakasih komentarnya. Ya, begitulah kehidupan yang penuh warna. Mbak Fanda, keripik singkong yang manis, pedas, enak juga kali ya (jadi pingin), hehe.

    ReplyDelete
  24. betapa penuh kehangatan dan cintanya tulisan ini... sangat menginspirasi, yuk!

    ReplyDelete
  25. Mbak Elly, puisinya keren! sungguh! :) duh, nanti belajar ah kalau dah punya suami hehehe...

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.