Renungan Singkat Tentang Jilbab Loro

Agak tersentak saya, ketika tadi sore nonton tv yang selintas mengulas soal "Jilbab Loro". Beberapa tv antusias memberitakan Jilbab Loro itu. Anda nonton tidak ? Kalau nonton alhamdulillah, bisa langsung klik dengan judul postingan saya ini. Bila tidak, ini sedikit penjelasan saya. Ya Jilbab Loro ini merk dagang, brand image yang diciptakan para pedagang di pasar Tanah Abang untuk jualan mereka, ya jilbab (tau kan ?). Kenapa loro, ya karena ikon mereka memang dua perempuan berjilbab, Ibu Mufidah dan ibu Uga, para nyonya dari pasangan capres-cawapres JK-Win itu.

Para pedagang, namanya juga orang jualan ya, memang harus jeli menangkap peluang pasar. Itu pula komentar dikemukakan para Jilbab Loro tadi ketika mereka ke pasar Tanah Abang dan bertemu dengan para pedagang disana yang meminta izin mereka untuk menggunakan nama mereka berdua, Mufidah-Uga. Kedua Ibu-ibu itu dengan antusias pula, menyambut positif gebrakan dagang para pedagang pasar Tanah Abang. Yah, ikon memang dibutuhkan untuk mendongkrak penjualan suatu produk. Jauh sebelumnya di pasaran produk jilbab/kerudung ini pernah beredar merek, kerudung Benazir, kerudung mbak Tutut, jilbab Zaskia, dan lain-lain. Inilah yang menjadi perhatian saya, bukan yang lain-lain.

Jilbab Loro, mudah-mudahan merek itu membawa hikmah bagi pedagang. Bila si Jilbab Loro ini juga bisa mendongkrak ketenaran kedua perempuan itu, dan sampai kepada tujuan mulia mereka untuk mendukung para suami, saya kira ini keinginan yang wajar saja. Jilbab Loro diidentikkan dengan kedua perempuan itu. Inilah simbiosis mutualisma antara para pedagang dengan kedua perempuan tadi. Apakah para pemilih nanti akan memilih karena hal ini, saya kira ini pikiran lain. Bagi saya yang rasional adalah melihat kapasitas capres-dan cawapres itu, bukan pasangan hidupnya, bagi saya lho. Kalau anda punya pendapat lain, silahkan saja. Cuma, saya kira kita memilih berdasarkan pertimbangan yang rasional, bukan karena pertimbangan di luar itu. Bila ini dijadikan strategi kampanye, lucu juga ya. Tapi sah-sah sajalah, atau sutralah, hehe. Kadang ada banyak hal yang membuat saya senyum-senyum sendiri di negeri tercinta ini. Inilah sedikit renungan saya, silahkan bila anda juga punya pendapat sendiri. Saya cuma mohon kita mengeluarkan pendapat tanpa menyinggung SARA. Selamat malam sahabat.


Comments

  1. sekarang di malaysia dah banyak pakai jilbab begini

    ReplyDelete
  2. ono2 wae ya mbak elly. abis jilbab loro, ntar jilba telu lagi,heheheh

    ReplyDelete
  3. Heheheheheh...jilbab loro semoga tak bikin hati lainnya loro ya mbak hehhehehe

    ReplyDelete
  4. Hmmm... polotik yang pelik, semoga tidak mempolitikan jilbab dan bisa menjlbabkan politik. Eh, nyambung gak yah mbak...??? ko malah lebih pelik hehehe...

    ReplyDelete
  5. kok pke nama mereka yah, tp smoga tidak menjadikan jilbab sbgai ajang politik aja dech

    ReplyDelete
  6. ya itulah mbak untungnya menggunakan dua sisi mata uang... disamping kampanye, juga kenapa enggak sambil usaha...

    jadi selain raih simpatiuk juga raih untung, karena itu tadi branded capres dan cawapresnya.

    ReplyDelete
  7. heheheheh... kalu saya sering denger sih jilbab UII mbak... mempunyai ciri khas khusus lhooo... hihihihih... kapan kapan deh saya posting....

    ReplyDelete
  8. kenceng bener updatenya mbak, sampai kelorong tanah abang juga jadi postingan.

    yahh, mudah2han berkah buat para pedagang.

    ReplyDelete
  9. yah, kampanye terselubung dah mulai nih..ya..bu...kayaknya..

    ReplyDelete
  10. Tiba-tiba jilbab bisa menyerang orang lain! Istri Capres lagi?!

    ReplyDelete
  11. Memang tidak relevan klo kampanye yg dipake adalah profil istri capres-cawapres. Kan yg kita pilih nanti Presidennya. Dalam arti jg bukan apa sukunya, apa agamanya, tp lbh pada apa kapabilitasnya. Moga2 rakyat Indonesia lebih dewasa lagi ya...

    ReplyDelete
  12. mmm masih bingun, hubungannya LORO dengan bu Mufidah-Uge apah yah sist... ama jilbab2 itu, klo ibu2 pake jilbab iyah wajar sih, trus loro telu papat limo apaan yaaa hehehe *iseng ih*

    ReplyDelete
  13. @all, terimakasih komentarnya. Ya ini istilah media massa. Mau lebih jelas lg tinggal googling aja. Saya sendiri, lebih memandang ini sbg peluang bisnis di sisi para saudara kita pedagang di psr Tanah Abang. Mrk kreatif spt kata mbak Fanny. Soal lain2, tergantung persepsi masing2. Klpun ini dijadikan kampanye (terselubung spt kt mas boyke) ya....saya kira masyarakat kita (spt harapan mbak Fanda jg) sdh semakin dewasa, mudah2an lebih rasional jg.

    ReplyDelete
  14. tapi kaluk dikaitkan ke kampanye pilihlah "loro" ntar nyasar ke kompetitiornya dong? hehe...
    btw, jilbab palembang bagus-bagus kah? kirimi daku dong mbak! (halah!)

    ReplyDelete
  15. wah bener2 pandai melihat pasar

    tapi bener lho mba, kalau jilbab dipake buat kampanye, jadinya agak gimanaaaa gituh :)

    ReplyDelete
  16. Bener2 simbiosis mutualisme tuh..

    ReplyDelete
  17. pedagangnya kreatif dan pandai memanfaatkan suasana mbak

    ReplyDelete
  18. bagus juga jilbabnya Mbak Elly... pasti bakal meledak ntar lagi dipasaran tuh...

    ReplyDelete
  19. Para pedagang memang jeli sekali melihat peluang ya, mbak..

    ReplyDelete
  20. Kalo menurut saya sih mbak
    ngga apa-apa kok seandainya mereka itu sambil kampanyepun
    yang penting satu aja
    berguna dan memberikan manfaat buat umat

    ReplyDelete
  21. saya ga cocok kalo pake jilbab loro :p

    lagian... ga ngaruh ah kayanya nama ibu berdua itu hehehe saya malah baru ngeh pas baca ibu bu :D

    ReplyDelete
  22. Terus terang aja, saya sempat ngira jilbab loro itu artinya jilbab sakit lho. Dalam bahasa ibu saya, loro artinya sakit..

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.