Wijaya Kusuma Itu Mekar Semalam.....



Itulah gumaman saya pada suatu pagi saat mendapati Tanaman Wijaya Kusuma saya sudah mengatupkan kelopaknya lagi. Ya kelopak yang mengatup lagi setelah semalam ia mekar. Ah sayang sekali saya tidak menyaksikan keindahan kelopak putihnya yang terbuka dan mengembang. Sayang sekali saya tidak
merasakan harum baunya yang semerbak. Sayang sekali semua kesempatan indah itu terlewatkan begitu saja. Saya cuma mendapati keadaan bahwa Wijaya Kusuma itu mekar semalam.

Lalu kepada siapakah gerangan flora ini mempersembahkan keindahan serta keharumannya semalam ??? Tanya saya dalam hati sambil menatap tanaman itu pada pagi harinya. Apakah kepada kegelapan malam (rasanya semalam bukan bulan purnama) ?, apakah kepada bintang gemintang yang mengerlipkan cahayanya ? Apakah pada katak-katak bernyanyi yang sedang keluar lincah dari tempurungnya ? Apakah pada tanaman Mahkota Dewa saya yang sedang merontokkan buahnya ?

Bunga Wijaya Kusuma itu mekar semalam, dan saya tidak menyaksikannya. Ia mekar dan mewangi bukan untuk saya. Ada sesal dan kesal saat itu. Bukan karena mitas-mitos itu, hehe, saya tidak percaya pada hal yang seperti itu. Itu karena saya kehilangan kesempatan untuk menyaksikan mekarnya kelopak tanaman kesayangan saya ini. Lama saya terdiam memandanginya. Lalu, tiba-tiba saja saya seperti dijewer oleh sesuatu sengatan halus saat saya tatap lagi bunga yang kelopaknya sudah menutup itu. Entah mengapa saya seperti melihat tatapan bunda padanya, tatapan memberi harapan dan pengertian. Ia seakan bergumam, wahai insan, kau sudah memiliki segalanya, kehidupanmu dengan segalanya, apa yang kau butuhkan kau dapatkan, semuanya memberi padamu, seisi alam ini. Tidak bisakah saya memberikan sedikit keindahan saya ini pada kegelapan malam tadi. Kami berdampingan, berkawan dan saling menopang. Saat segalanya memberi pada siang, maka malampun berhak mendapatkan sumbangan keindahan dan keharuman dari saya. Begitulah jawaban (imaginer) sang Wijaya Kusuma.

Saya tersentak lagi, ah betapa egoisnya saya. Saya menginginkan semuanya untuk saya. Padahal malampun berhak mendapatkan keindahan serta wangi semerbak fauna ini. Bintang gemintang berhak mendapatkan keindahan dan keharumannya. Katak-katak bernyanyi itu berhak mendapatkannya. Mahkota Dewa itu juga berhak mendapatkanya. Tidak selalu harus saya dan saya. Saya segera bangkit dari posisi saya berjongkok tadi. Saat sekali lagi saya tatap bunga itu, ah meski kelopaknya sudah terkatup, masih cukup indah. Begitu saya berujar sendiri, menggenapkan rasa bahagia di hati. Sahabat inilah keluhan dan renungan saya saat mendapati Tanaman Wijaya Kusuma saya mekar semalam. Apakah selama ini kita telah begitu serakah, ingin mendapatkan dan mereguk segalanya dari alam ini? Apakah kita begitu menuntut alam agar selalu memberi kepada kita? semuanay untuk kita ? Pertanyaan-pertanyaan yang saat ini memenuhi benak saya. Inilah soul journey saya hari ini. Selamat malam, mari kita renungkan bersama.

Comments

  1. wah saya baru pertama kali lihat nih mbak bunga wijaya kusuma

    ReplyDelete
  2. jalan2 malam keblog sobat sambil baca2 :)

    ReplyDelete
  3. banyak mitos seputar wijayakusuma dan mekar kelopaknya. walau tidak sempat melihat mekarnya, semoga tidak mengurangi keindahannya di hati keluarga :)

    ReplyDelete
  4. @eri, oh ya, wah say thanks for me dong, hehe.
    @Baho, ah sy mag tdk percaya mitosnya, cuma suka sama keindahan dan keharumannya. itu anugrah alam, itu sj. Ya, sdh menguncupun msh lumayan indah.

    ReplyDelete
  5. malam, mbak...

    seandainya manusia tidak serakah...

    hutan di negeriku tidaklah mungkin akan gundul

    ReplyDelete
  6. lha kok mirip sama bayinya pisang (apa sih baying pisang?,hahahahha!!!!) itu lho mbak elly pisang yang belom mekar apa sih namanya, lupa nih,hehehehhe...

    jadi mayu, minggat ah.....

    ReplyDelete
  7. Waduh indahnya aku baru liat bunga ini di blog ini

    ReplyDelete
  8. hehehehe, iya jantung pisang maksudnya. aduh, jengsri kok jadi banyak kata2 bahasa yang dilupa sih, kadang loadingnya lamaaaaaaaaaa banged di otak kalo lagi nginget satu kata, payah nih.

    ReplyDelete
  9. jawaban imaginer ini bener2 menggigit hati, hmmmm

    ReplyDelete
  10. Baru tahu mbak
    bunga wijaya kusuma tuh kaya gitu ya??

    Bagus dan menakjubkan
    beneran lho..itu sudah layu
    kalo pas mekar gimana bagusnya

    wajarlah mbak, dan manusiawi sekali
    kita pengin semua yang terbaik untuk kita
    kan setiap individu punya obsesi
    kaya saya misalnya
    punya obsesi jadi selebtitis
    eh malah jadi blogger
    he..he

    becanda lho mbak
    piss!!

    ReplyDelete
  11. bunga yang indah sekali, mencerminkan kita untuk mencontohnya, meskipun kejayaan itu bisa dipertahankan namun alangkah indahnya ketika tiada namun masih meninggalkan keharuman selalu, akan lebih dikenang dan dicari sepanjang jaman, itulah kerelaan yang tulus....

    ReplyDelete
  12. @Black_id, iya betul skl, itulah yg sy pikirkan.
    @JengSri, hehe, itu krn terlalu lm ninggalin kt
    @balisugar,iya mbak kl pas dia mekar indah skl
    @trimatra, ya, thanks. Hm..ya, mnggigit bg ht anda nan halus
    @Iti Bali, hahaha, bnr jg sih, cm jgn kebanyakan maunya.
    @suryaden, benar sekali. Btw,mgkn namanya itu pnya makna ya.

    ReplyDelete
  13. wijaya kusuma mungkin sifatnya sama dengan sedap malam, dia lebih memilih memberi kesegaran untuk sang malam ketika siang dipenuhi semerbak berbagai aroma....

    ReplyDelete
  14. diteras belakang rumah saya juga ada bunga wijayakusuma. Tapi saya selalu kalah set sama ini bunga, tak pernah bisa memergokinya sedang mekar ditengah malam....Bunganya indah ya....
    O ya, add saya di ayik_karyadi@yahoo.com ya Mbak

    ReplyDelete
  15. aku jg baru liat yg namanya bunga Wijaya Kusuma!
    Aku mo share my own thoughts ya, mbak (boleh kan? kalo ga boleh maksa deh!..). Wijaya Kusuma ibaratnya kita semua yg mengembara di bumi ini. Ada saat kita mengembang, memberikan keindahan pd dunia, namun ada saatnya pula kita hrs mengatupkan kelopak kita, yakni saat kita sedih atau tertimpa musibah. Yg penting kita tetaplah indah saat berkembang maupun mengatup, sama seperti Wijaya Kusumanya mbak Elly. Dan biarpun pagi ini dia mengatup, percayalah bahwa di lain waktu ia pasti akan mengembang lg dan memberikan keindahannya bg mbak Elly lg...

    ReplyDelete
  16. wah; seperti itu ya..wujud dr bunga wijayakusuma, bunga langka ;kalau dlm mitos adalah bunganya para dewa,
    dan kalo menurut org jawa, bila kita memergoki bunga itu mekar, maka yg melihat akan ketiban rejeki.. :)

    iya, semalam gak buka blog dan ym, sibuk menjadi guru privat bagi anak ku... :)

    ReplyDelete
  17. @all selamat siang, thanks for ur comments
    @Usman, itulah Bunga Wijaya kusuma
    @boykesn, betul mas. inilah fauna milik sang malam
    @Fanda, iya mbak, with my pleasure. Bunga ini cm mekar di malam hari, kdg jam 11 malam, kdg lebih larut lagi, spt yg dikatakan mas boyke, ini bunga yg memberikan kesegaran dan kesemerbakannya pd sang malam.Di luar sgl mitos yg beredar, sy suka melihatnya mekar mewangi scr live di hadapan sy. Ya, dia mengembang pada sang malam, bukankah malampun berhak men dptkan semua anugrah itu. Syg br 2 kali sy mdptkan kesempatan itu, hehe.
    @Tisti, siip mbak. You're the best for ur family. Bunga para Dewa ya...? Pantas namanya begitu, Wijaya kusuma.

    ReplyDelete
  18. yang menarik kelopaknya lain yah...cakep banget....btw, mba, udah aku pajang awardnya

    ReplyDelete
  19. ada yang mau bernostalgila gak nih? dengerin lagu2 jadul mbak elly? apa yang disenengin nih?

    ReplyDelete
  20. boleh tak bunganya kembang waktu siang?...selalunya malam bukan?

    ReplyDelete
  21. rata-rata emang kayak gitu pembawaannya yang 'cakep-cakep' selalu gak tenang, nah bagi siapa yang merasa dirinya cakep pasti hidupnya gak tenang...kayak bunga tadi yang hanya mau membagi harum pada sang malam hehehe

    ReplyDelete
  22. malam.mampir lagi nih..mudah2an ngga bosen ya..:)

    ReplyDelete
  23. mbak elly nama bunganya cakep bener, layunya aja cakep gimana kalo mekar yah...

    mbak yang namanya manusia kan sulit sekali untuk merasa cukup, kalo boleh satu dunia mo di kuasai tapikan manusia juga memiliki sifat tawakal nah kalau kita bisa merasa cukup dengan apa yang kita ada, alangkah teduh dan nyaman hidup kita ya mbak. amin Allohuma amin

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.