Keripik Garfu, Antara Benci dan Rindu

Hi, rasanya sudah seabad lebih gak menengok blog saya ini. Baeklah teman-teman, siapa saja yang suka mampir dan membaca blog ini, i'm here now

Sebab lebaran sudah dekat, sebelum kita maaf-maafan, loh, saya mau cerita sedikit terkait kue lebaran. Pastinya pada suka kue labaran kan. Saya juga, apalagi kue lebaran di Palembang sangat beragam dan uenak-uenak. Entah karena apa tahun ini saya pengen bikin Kue/Keripik Garfu itu. Lanjut baca ya...

Ya, kue Garfu atau keripik garfu. Kue lebaran jadul yang bahannya seperti keripik bawang ala Mama Fuji itu. Dulu hampir setiap rumah di Palembang akan ada toples berisi kue ini. Sekarang kue ini muncul lagi. Mungkin sekitar 2-3 tahun ini saya mulai melihat kue ini muncul di Cookpad. Senang sih, tapi entah kenapa saya gak tertarik untuk membuatnya.

Tahu kenapa ? he, itu kue adalah kue paling epic sekaligus agak-agak traumatik bagi saya. Kenapa, kenapa ? he, serius kali kalian. Bukan tramatis yang gimana gitu. Hanya, melihatnya membuat saya lelah. 

Lelah yang membuat saya melengos dan melupakannya. Tapi kalau ada, ya saya makan juga, bew. Saya cuma gak mau membuatnya saja. Padahal saya lagi seneng-senengnya masak, bereksperimen di dapur. Tau kan Cookpad saya.

Kenapakah ? Kenapakah saya gak mau membuatnya? sebab membuatnya akan mengingatkan saya pada suasana malam-malam jelang Idul Fitri dimana seorang anak kecil dengan 2 (dua) orang adiknya menghadapi sebuah baskom berisi adonan keripik itu, untuk dicetak dengan sebuah garfu. Ya saya dan adik saya ditugaskan Ibu (umak) kami untuk mencetaknya dengan garfu. Kalau adonan 250 gram sih masih gampang. Dan jelas keluarga besar seperti kami gak mungkin bikin keripik bawang adonan 250 gram terigu untuk lebaran. Ibu saya bikin adonan 2.000 gram alias 2 kilo, wew

Saya masih ingat bagaimana suasana saya dan kedua adik saya mencetaknya. Awalnya sambil senyum, ketawa dan ngobrol, lama-lama lelah juga hayati. Meski sudah dikawani oleh siaran TVRI ketika itu, mulai deh mata mengantuk, tangan lelah. Tak jarang tertidur (tepatnya pura-pura tidur) dengan tangan di adonan dan adonan akan diambil alih oleh ayuk atau ibu saya. Selamat, selamat.

Beberapa hari ini tiba-tiba saya ingin membuat kue ini. Jelas karena ingatan saya yang agak-agak traumatis dengan kue ini mulai reda. Ibu saya menyuruh kami mencetak itu untuk menguji kesabaran kami. Selain itu, untuk mengajarkan bahwa No gain without pain, haiyah. Ya iyalah, wong saya paling seneng makannya ya harus tau bahwa membuatnya susah. Zaman itu belum ada papan cetakan Ganochi sih.
 
Tapi bukan karena itu. Alasan paling tepat adalah karena benci tapi rindu, antara benci dan rindu itu tipis jaraknya. Sesuatu yang dibenci itu akan menjadi rindu pada waktunya, nah.

Begitulah. Kue Keripik Garfu itu bagi saya seperti benci tapi rindu. Ternyata saya merindukan suasana jelang lebaran saat masa kecil, meski itu agak gimana tapi itu bikin bahagia dan menempa saya juga.
 
Sambil mengingat-ingat memory membuat kue itu, saya jadi teringat, kue itu dulu mengandung sedikit daki saya dan adik-adik saya. Ya, namanya juga anak-anak, meski sudah cuci tangan dulu, kadang mengupil, kadang nemplok nyamuk, lalu gak berhenti untuk cuci tangan dulu, lanjut ambil adonan dengan tangan, cetak dengan garfu. 

Tapi tenang, sejauh ini belum ada yang mati karena makan daki. Toh kuman mati saat kue itu digoreng. Hanya mengingatnya sekarang membuat saya agak gimana ya. 

Untuk membuang rasa bersalah karena daki itu, juga karena rindu pada suasana mencetaknya dengan  garfu, kemarin saya bikin kue ini. Karena lupa takaran, saya pakai resep teman saya di Cookpad. Hanya bikin adonan 300 gram dan jadi 1 (satu) toples. Saat membuatnya, lengkap dengan garfunya, ya hampir dapat suasana lelahnya, padahal cuma adonan 300 gram. Sampai disini saya terpana juga pada kesabaran dan energi kami waktu kecil dulu. Sayang gak ada siaran TVRI zaman jadul yang menemani. 

Selamat menyiapkan lebaran yang sebentar lagi, selamat berpuasa bagi yang berpuasa. Salam. 

 

Comments

  1. Sering makan cuma baru tahu kalo namanya itu ^^ jadi pengen makan lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena dicetak pakai Garfu yan, jadi anak-anak zaman saya menyebutnya Kue Garfu. Kadang disebut juga Kue Keripik Bawang. Terimakasih sudah mampir ya.

      Delete
  2. Keripik dadul sederhana tapi enak yang saya buat saat anak2 dulu

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.