Warna-warni Pasar 16 Ilir Palembang


Entah sudah berapa abad tidak kesini,  he lebay padahal baru setahun.  Maka menengoknya kemarin pagi sungguh sebuah kangen-kangenan yang merasuk jiwa.


Jika Malang terkenal dengan kota yang memiliki kawasan dengan warna-warni gedung dan bangunan bak pelangi, maka Palembang juga. Ada Pasar 16 Ilir yang kini warna-warni bak pelangi. Ketika tadi pagi kami kangen-kangenan itu, rasanya seperti CLBK. Membangkitkan kenangan suasana Pasar 16 zaman dulu.

Auranya tak banyak berubah, sebuah pasar tumpah ruah dimana pedagang kaki lima memenuhi badan jalan, kadang kejar-kejaran dengan Pol PP (taulah dewek ye). Ya seperti pasar-pasar tradisional ramai di kota lain lah.

Kini warna-warninya mencolok dilihat dari warna cat gedungnya. Warna-warni itu..., dulupun pasar ini sudah warna-warni dilihat dari jenis barang yang digelar disana, terutama yang di depan pasar dan mengambil sebagian badan jalan.


Pasar serba ada. Mau cari baju ada. Kerudung ada.  Buah-buahan,  ada.  Ikan asin,  ikan salai, sayuran-sayuran ada juga. Hanya biasanya tidak kiloan tapi setumpukan, kecuali buah. Ikan, biasanya sudah ditusuk di lidi/bilah. Ada untungnya sih dijual tumpukan begitu, sebab jika kiloan berdasarkan pengalaman biasanya timbangannya kurang. Entah kenapa dengan timbangan mereka (😁).


Suasana di dalam pasar juga padat dan ramai. Bedanya, tidak ada sayuran, ikan dan buah di los dalam. Mayoritas toko pakaian, kain,  busana muslim. Aneka souvenir pernikahan dan oleh-oleh Palembang. Aneka kualitas dan harga.


Pasar 16 Ilir ini lumayan tua usianya. Bayangkan, berdiri sejak tahun 1924. Sebagian teman saya menyebutnya butik 16, he, karena bisa mencari pakaian berkualitas dengan harga lumayan murah. Entah telah berapa banyak generasi yang melakukan transaksi jual beli di pasar ini. Entah telah berapa ribu jiwa keluarga telah dihidupi oleh aktivitas perdagangan pasar ini. Pasar yang sangat banyak jasanya. Pasar tradisional yang auranya, kekhasannya sebagai pasar sangat ramai, serba ada dan lumayan murah tetap dipertahankan.

Senang melihatnya bertahan hampir seabad, ya pasar tertua .Sudah pernah ke pasar ini? Yang sudah lama tidak kesini, cobalah nostalgia. Sarannya tetap sama, selempangkan tas di depan dan berhati-hati sebab suasana penuh sesak (taulah dewek, taulah dewek). Ya sebagaimana kondisi pasar tradisional ramai kebanyakan di tanah air suasana warn-warni alias nano-nano itu begitu kental. Warna-warni itu tak hanya warna gedung dan jenis barangnya yang beraneka, juga niat pengunjungnya. Tak semua orang yang datang kesana niatnya belanja/berdagang, mungkin ada juga yang entah kerena niat atau karena ada kesempatan seperti Bang Nafi dia menguji kemampuannya memindahkan dompet orang, wew.

Begitulah warna-warni Pasar 16 Ilir Palembang. Ayo, kita galakkan menjambangi pasar tradisional kita macam Pasar 16 Ilir yang warna-warni ini.  Inilah pasar yang dekat yang dekat dengan mayoritas masyarakat kita. Semoga penataannya ke depan semakin baik. Semoga rencana renovasi dan revitalisasinya menjadi Pasar yang lebih modern tapi tetap mempertahankan kekhasannya segera berjalan lancar.

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan.  Tepat hari ke8, Sahur yang kesiangan. Salam. 
  

Comments

  1. Becek ngga mbak Elly? Hahahahaha... biasa pasar tradisional kan becek. Ngga ada ojek. Eh... cinta laura deh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak mba.kalo hujan baru agak sedikit becek. Dulu di sekitar pasar ini ada kawasan yang becek disebut lorong basah, seksrang lorong basahpun gak becek lagi.

      Delete
  2. bunda cari apo, lihat2 dulu bunda, bagus2 barangnya bunda wkwkwk, cantik sih ruko2 di pasar 16 ini sejak warna warni cuma memang harus dibersihkan kaki lima yang bikin semrawut klo siang-sore

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahahaha, sebel dipanggil bunda. Lebih lucu lagi kalo saya dipanggil ayo bu haji dipilih bu haji, ngerayu. Tapi...aaminn ajalah 🙏

      Delete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.