Traveling ke Melaka


Sudah lama travelingnya, sebab banyak pekerjaan baru sempat posting sekarang.


Tepatnya tanggal 4  Januari 2017 lalu sebagai rangkaian liburan solo traveling saya ke Malaysia, Kuala Lumpur dan sekitarnya.

Memang saya ngebet ke Melaka. Sangat suka pada kota tua, di kepala saya Melaka adalah kota tua, bandar (kota pelabuhan) yang memiliki sejarah perdagangan kental dan punya hubungan dengan beberapa kota bandar (kota perdagangan) di Sumatera macam Medan, Palembang, dan lain sebagainya.

Sayang saat traveling kesana waktu saya sangat terbatas. Bangun tidur, bergegas sarapan di kedai samping hotel. Kemudian ke Kl Sentral dari stasiun pasar seni naik LRT. Nah di KL Sentral saya ke arah Seremban dan turun di stasiun (orang Malaysia bilangnya Stesen) Bandar Tasik Selatan, melewati jembatan berkoridor sebagai jembatan penghubung ke Terminal Bersepadu Selatan. Agak panjang liku-lakinya tapi terasa menyenangkan karena stesen dan LRT nyaman. 

Saya beli tiket ke Melaka di stesen Bersepadu Selatan. Cukup murah, hanya 10RM. Bus Delima yang lumayan nyaman, apalagi saya ketemu teman perjalanan ibu-ibu warga Malaysia keturunan India yang jadi teman ngobrol yang asyik. Perjalanan Kuala Lumpur dari stesen Bersepadu Selatan - Sentral Melaka yang memakan waktu sekitar 1,5 jam itu tidak terasa lama.


Betapa beda Kuala Lumpur dibanding Melaka. Melaka, litle bit quiet and not noisy 😊. Kalau di Kuala Lumpur sangat sulit menemukan rumah tapak di jalanan utama, ha di Melaka ada saya temukan beberapa rumah tapak. Yupz, sebab tanah mahal di Kuala lumpur maka kebijakan pemerintah mengutamakan pembangunan rumah susun dan apartemen disana dan tanah duitamakan untuk kepentingan publik macam stesen LRT, Monorail, jalan layang dan sebagainya, konon begitu.


Melaka itu... Bak gadis dewasa bergincu sebab saya menemukan kota tua yang lenggang dengan bangunan utama spot pariwisata adalah gedung merah, kawasan Gereja Merah yang fenomenal itu. 

Mudah saja menuju kawasan wisata yang katanya masuk World Heritage Unesco ini. Tinggal ke sayap kiri terminal Sentral Melaka tempat bus domestik berada. Cukup beli tiket bus Panorama jurusan Ujong Pasir yang sangat murah, 1,5 RM, turun di gereja merah. Gak perlu khawatir nyasar asal rajin mengingatkan pak sopir. Apalagi pas saya kesana banyak penumpang yang tujuannya sama.


Turun di Kawasan Gereja Merah, barulah suasana ramai. Ada banyak turis dari berbagai dunia disini. Saya dapat teman wisatawan cantik asal China Daratan yang saya lupa namanya. 


Puas keliling di kawasan ini, jepret sana-sini, memandangi becak-becak berhias (macam di kota tua kawasan fatahilah) membawa turis berkeliling Melaka. Saya sempat masuk ke bagian dalam gereja dan menemukan ada penjualan souvenir for charity disana. Keren.


Sebelum pulang yang tiketnya sudah saya beli jadwalnya jam 3 sore, saya sempat ke Masjid Selat Melaka dengan taksi yang saya tawar 35 RM membawa saya ke Masjid Selat Melaka sampai pulang ke Terminal Sentral Melaka. Yah abis bagaimana lagi, menunggu bus lama, semahal-mahal harga taksi di Melaka jauh lebih mahal taksi di Indonesia 😂.


Malaka, kau indah. Layaklah saya berjuang bangun tidur pagi bergegas keluar sampai ke hotel lagi pukul 5.30 sore. Jika kau seorang gadis maka... you're a mature and lovely girl.  See u. Salam.



Comments

  1. Ini masih jadi kota fav aku di Malaysia umek. Selalu kangen dengan Malaka :)

    omnduut.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Yan, Melaka memang menarik dan keren. Bikin kangen 😊

      Delete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.