Ada Apa Dengan Keimanan Kita!?

Keimanan sedang marak dibahas. Tidak saja di warung kopi, juga di obrolan sosial media macam fb, twitter, grup-grup whatsapp, ya kau taulah.


Yupz, semua sebab Ahok. Sayang saya tak begitu selera membahas Ahoknya. Dia bukan selera saya, hehe, juga karena saya gak ada urusan dengan dia. Saya lebih suka membahas diri saya sendiri dan Saudara-saudara seiman di sekitar saya. Ada apakah dengan keimanan kami. Pada level yang lebih luas lagi, ada apakah dengan keimanan kita?

Kalimat itu memenuhi kepala saya. Ya, ada apa dengan keimanan kita? Rasanya tidak ada apa-apa. Sebab iman itu buat saya menyangkut keyakinan dan bagaimana keistiqomahan menjalaninya. Bukan untuk diperdebatkan, bukan untuk sekadar kamuflase dijadikan senjata menarik kekuatan massa.

Intinya, terkait omongan Ahok itu, bagi saya itu tidak mengusik keimanan saya. Seharusnya, tidak juga bagi umat Islam lainnya. Namanya saja omongan umat lain, mungkin seperti itulah pendapat yang mereka yakini benar. Kita tidak bisa memaksa umat lain harus sama pendapatnya dengan kita. 

Jika kita katakan Ahok telah memasuki ranah yang di luar kewenangannya, oh... bagaimana dengan kita. Kita tak sekadar mengatakan kitab suci mereka tidak murni, kita mengatakan agama di luar Islam, agama mereka, tidak lagi benar alias sesat. Betapa sering saya mendengar cercaan itu dikumandangkan tanpa tedeng aling-aling dari sebuah TOA masjid.  Sementara kita tau bahwa yang tinggal di sebuah lingkungan tersebut ada juga yang non muslim. Seolah-olah karena kita mayoritas maka kita boleh seenaknya mengusik agama lain. Mengusik selalu boleh, tapi tidak mau terusik lalu berkata, ini menyangkut keimanan. Jika tak merasa terusik dengan omongan Ahok, maka keimanannya patut dipertanyakan, katanya lagi. Hei, ada apa keimanan kita!? 

Keimanan itu untuk dijalankan dengan istiqamah, bukan untuk dijadikan alat penyalur emosi jiwa. Bukan untuk menang-menangan. Apalagi untuk menggerakkan kepentingan politik kita. 

Keimanan kita seharusnya membawa kita istiqamah, berlaku adil kepada sesama. Termasuk, berperilaku baik dengan profesi apapun. Jika itu terjadi, maka seleksi alam dan atas izin Allah pasti akan muncul pemimpin muslim yang layak. Saya merindukan pemimpin muslim yang benar-benar pemimpin, tegas, rendah hati, dan adil. Salam.

Comments