Perempuan Pembidik Mawar
Sebab mawar selalu merona dengan rona yang seperti memanggil-manggil. Memanggil jiwa-jiwa sesiapa untuk menoleh padanya.
Maka membidik mawar adalah hal spontan dan terkseksi yang dilakukannya, kapanpun. Saat keluar rumahnya di pagi yang mungkin kau masih meringkuk dalam selimutmu. Meski tergesa dan bayangan jalanan macet akan dia alami, tangannya spontan mengambil handphone lalu menghampiri serumpun mawar di halaman yang entah telah berpuluh tahun tumbuh dan selalu memunculkan kuntum-kuntum bunganya, lalu cekrek.
Saat sedang melintas lalu melihat mawar menjuntai dari halaman rumah di kota mana saja yang ia kunjungi, tangannya spontan mengambil handphonenya, lalu cekrek.
Entah telah berapa ratus mungkin ribuan cekrek ia bunyikan untuk mawar yang dibidiknya. Ketika sedang sela, sedang pengap atau suntuk, maka memandangi mawar hasil bidikannya adalah hal acap dilakukannya. Terapi menghilangkan pengap yang jitu dan menenangkan jiwa, katanya tersenyum.
Sebab mawar selalu setia. Setia memberi senyum, harum dan rona indahnya sampai titik terakhir hingga kita menemukannya layu dan mengering. Membidik mawar adalah caranya mengabadikan rona senyum dan pengabdian mawar pada semesta.
Jangan, jangan tanya soal memetik mawar, ia tak kan suka. Ia perempuan pembidik mawar, bukan perempuan pemetik mawar. Meski demikian, ia sedang memesan "Perempuan Pemetik Mawar" (Novel mba Dahlia Rasyad). Penasaran isinya, ujarnya sambil ia tersenyum lagi
Perempuan pembidik mawar yang iseng sendiri. Ruangan pengap. Di mejanya berkas menumpuk. Sebuah handpohe sedang menyala. Aplikasi galeri yang menyimpan gambar mawar-mawar hasil bidikannya sedang terbuka.
Comments
Post a Comment
Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.