Sosmednya Kaum Katrok

Apa jadinya jika orang-orang gagap tiba-tiba menceburkan diri dalam dunia sosmed? Ruwet.  Keruwetan yang dibuat-buat dan katrok.

Kitalah kaum katrok itu. Katrok sebab kita gagap dengan apa fungsi sosmed tapi kita memaksakan diri masuk ke dalamnya. Status orang jadi masalah buat kita. Foto orang yang notabene fotonya sendiri jadi masalah buat kita. Tak sependapat dan seide, jadi masalah buat kita. Kitapun katrok sebab kita tidak malu memperlihatkan kekatrokan kita menye-menye menyingkap kisah privat ke sosmed yang seharusnya tidak perlu.

Lah ngapain nyosmed kalau kita tidak bisa nyosmed dengan smart. Ngapain nyosmed kalau kita tidak bisa mentolerir perbedaan. Beda nomor sepatu. Beda merk underwear. Beda paham. Beda selera. Beda pandangan politik. Beda agama. Beda yang lain-lain. Hal yang terjadi adalah kita tergagap-gagap disana. Padahal yang di sosmed itu beragam. Ada yang yang kiri. Ada yang kanan. Ada yang santai. Ada yang serius. Ada yang serba palsu bak main drama. Ada yang adem. Ada yang sekadar numpang lewat jualan link tulisan, pamer foto seperti saya. Ada yang cari mangsa untuk ditipu. Ada ya tp tp bijak abis. Ada yang cari sensasi. Ada yang tidak bisa membedakan mana tanah privat mana publik, dan lain sebagainya.

Semua sah-sah saja selama tidak saling mengganggu. Jika saling ganggu, maka keruwetanlah yang terjadi. Jadi asudah. Sudahilah kekatrokan itu. Lapang dada, luaskan pikiran, hargai perbedaan. Tidak akan bisa kita meluruskan dunia menurut kemauan kita dengan kita kepo, protes ini-itu kepada orang-orang. Tapi sebagai pribadi, ya jangan juga aneh-aneh nyosmed, katrok itu namanya. Kalau masih katrok, mending gak usah nyosmed. Mending nyirih,  nyangkul atau pegang tasbih kalau pengen lebih agamis.

Tapi seperti yang dibilang teman saya, sosmed ini ajangnya misuh-misuh dan memang tempatnya kaum katrok memperlihatkan kekatrokannya. Facebook. Twiter. Path, dan lain sebagainya. Kita sibuk nyosmed dengan katrok. Sementara, orang-orang pencipta jaringan sosmed ini hidup santai, adem  dengan anak/suami/istri mereka di dunia nyata sambil menangguk keuntungan besar dari sosmed ciptaan mereka yang kita ramaikan karena keruwetan dan kekatrokan kita itu. Anak-anak mereka, diarahkan main di taman, tidak mereka bolehkan pegang tab demi menjauhkan dari sosmed, eh kita nyungsep di sosmed tergagap-gagap seolah hidup gak keren kalu gak nyosmed. Warbiasak.

Salam katrok.

(Catatan untuk instroseksi diri sendiri, kalau ada yang mau baca, silahkan)


Comments