Mawar, Tentu Saja Ia Bunga
Berjingkat pagi. Menemukannya sudah agak layu sebab telah sejak kemarin merekah. Mawarku, tentu saja ia bunga jika banyak orang menyebut nama anonim perempuan sebagai bunga
Sebab langit ini sama. Saat kau yang di belahan lain bumi ini mungkin sedang menghirup secangkir kopi. Mungkin sedang menghadapi setumpukkan berkas dalam ruang pengap tak bersahabat. Mungkin sedang dikejar waktu pada seharian agenda yang seperti menelanmu. Atau sedang meninabobokan bocah kesayangan dalam pelukan sementara di luar bulan memandangi sambil tersenyum.
Mawar-mawar ini sedang tersenyum. Senyum lugu tak berbisa sebab ia bunga. Mawar yang selalu membunga karena ia bunga. Ia bunga yang selalu miliki hati yang berbunga, meski di titik terakhir ketika kelopak-kelopaknya mulai luruh.
Mawarkanlah hatimu, maka kau akan menjadi bunga yang sebenarnya bunga. Bukan bunga anonim dalam berita koran-koran itu.
Comments
Post a Comment
Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.