Penjajahan Belum Berakhir, Kawan
Akhir-akhir
ini saya suka nonton channel 35, Food Network. Channel seputar makanan/minuman
dan masak memasak. Mungkin sebab saya jenuh nonton Sundance Channel yang
beberapa bulan terakhir koleksi filmnya stuck. Nah, di Food network itulah,
saya menyaksikan bagaimana makanan disajikan, baik gaya rumahan maupun gaya resto
besar. Menontonnya, asyik. Membangkitkan lagi naluri gemar memasak saya yang menguap
entah kemana.
Saya
melihat bagaimana membuat saos nikmat ala Cajun, gumbo bangsa Creole, dan
lain-lain. Bagaimana membuat aneka sarapan, makan siang, brunch, yang lezat dan tinggi protein apalagi
lemak. Betapa tertatanya peralatan memasak mereka. Bumbu bermutu kelas
satu seantero dunia yang entah bagimana
mereka mendatangkannya, semua ada. Tertata, bersih lengkap. Kau bisa bayangkan
adas, jintan, kayumanis, cengkih, bubuk cabe, bahkan bentuk kering bunga
vanilli mereka ada.
Ketika
tiba pada scene itu, saya jadi berpikir, bagaimana mereka bisa serba ada
begitu? Lama saya tercenung hingga saya tiba pada jawabanya. Penguasaan. Ya,
penguasaan yang dulu kita sebut penjajahan. Jika dunia bisa dikuasai, mudah
saja menguasai komoditi rempah-rempah, apalagi menguasai pasarnya. Tinggal
petani di Negara-negara ketiga, termasuk petani kita, tetap miskin. Pada titik ini saya jadi berpikir, penjajahan
itu belum berakhir.
Ya,
penjajahan belum berakhir. Tidak saja berupa penguasaan pasar dan komoditi,
juga penguasaan mindset dan cara berpikir. Lebih sedih lagi, kita yang menjajah
diri kita sendiri. Kita yang membiarkan diri kita sesat dengan pikiran awam
tapi merasa sok tau yang dibungkus dengan kata agama, politik, dan lain
sebagainya. Lihatlah mereka menguasai dunia, kita masih sibuk berdebat soal wacana
pelarangan TOA Masjid. Kita sibuk membahas pernikahan sesama yang semestinya
tidak usah kita gubris hanya kita waspadai bila tak ingin itu terjadi pada
keluarga kita. Mereka menikmati hidup denganmudah, kita sibuk berdebat anek masalah remeh temeh yang sebetulnya tidak perlu.
Jika
penjajahan belum berakhir kawan, maka merdekakan dirimu. Tak semestinya kau dijajah
kebuyananmu sendiri. Salam.
Comments
Post a Comment
Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.