Sehelai Daun Jatuh di Doha

Sekelebat ingatan tentang Doha, muncul pagi ini. Seperti sekelebat angin yang bawa nafasku kepada udara yang mengepung langit yang mungkin akan tiba padamu.


Bandar Udara Doha. Pukul delapan malam, entah lewat berapa puluh menit. Aku menatapnya lekat-lekat. Sebab tak pas antara apa yang kulihat dengan apa yang ada dalam pikiran. Di hadapanku, perempuan berkulit putih kekuningan dan bermata agak sipit, sebagaimana perempuan China, Jepang atau Korea, berambut lurus tergerai sepundak . Hanya, kenapakah dia berada di Bandara Doha ini? Sepesawat denganku pula. 

Setelah bertegur sapa, oh. dia perempuan Indonesia. Doha hanya tempat transit. Perjalanannya akan berlanjut ke sebuah negara di eropa tempat dia melaksanakan urusan pekerjaannya, entah penelitian atau short course. Mungkin karena Qatar Airlines lebih murah maka dia bisa sepesawat denganku. Rupanya pula, Qatar memang lebih terbuka dan sekuler meski dia  termasuk negara di teluk Persia yang penduduknya mayoritas muslim. Salahku yang tak menyiapkan pikiran akan bertemu perempuan tak berkerudung disini.  Ah, naifnya aku.

Hampir 9 jam berada di pesawat Qatar Airlines membuatku mabuk. Mabuk oleh suasana yang memanjakan. He, tak biasa naik pesawat besar dan lama pula. Biasanya  perjalanan pesawat udara terlamaku hanya 2,5 jam. Makanan berlimpah ruah. Para pramugari hilir mudik melayani kami. Baru kuingat, para pramugari itu juga tak berkerudung. ****


Bandar Udara Doha. Pagi yang riuh, hampir sembilan hari setelah itu. Ini perjalanan pulang ke tanah air. Aku berjalan mengitari ruang-ruang bandara. Menemukan banyak orang dan banyak kejadian. Laki- laki dan perempuan. Perempuan berkerudung dan tak berkerudung. Berwajah Asia, seperti Indonesia. Banyak pula berparas agak Keindiaan atau keFakistanan, mata tajam dan berhidung mancung. 

Di salah satu toilet, seorang perempuan, mungkin Philifina, sedang marah-marah tak jelas dengan suara melengking. Perempuan itu petugas pembersih toilet. Ia kesal karena banyak pengguna toilet, seperti kebanyakan orang Indonesia yang tak bisa menggunakan toilet duduk dengan benar.  Barangkali pula ada yang lupa menyiram bekas pupnya, ohhhh.

Selesai dengan urusan buang hajat di toilet yang riuh itu, aku melanglang lagi. Sebab masih cukup banyak waktu luang menuju boarding. Di ruang tunggu pesawat, banyak sekali perempuan bekerudung. Satu demi satu kupandangi wajah mereka. Wajah yang tak asing di mataku. wajah-wajah perempuan muda Asia tenggara. Mereka tampak begitu ceria. Tawa berderai diantara obrolan mereka. 

Kucuri dengar perbincangan mereka. He, tentu saja kucuri, tanpa dicuripun pembicaraan itu sampai ke telingaku, kupahami pula. Sebab mereka perempuan Indonesia. Mereka bicara dengan bahasa Indonesia campur dan dengan aksen daerah yang khas. Salah seorang dari mereka tiba-tiba bangkit sambil menggoyangkan tubuhnya dengan lincah kalau tak bisa kusebut genit. 
"Iyemah gerah..." katanya sambil melepas jilbabnya.  

Tak hanya itu,  ia melepas entah jubah atau kardigan longgarnya hingga menyisakan pemandangan perempuan mengenakan jeans dan kaos ketat warna merah. Beberapa laki-laki memandanginya senang. Aku juga. Tubuh perempuan muda itu bagus. Aku, hehe, kalah jauh. Ia perempuan Buruh Migrant Indonesia yang bekerja disana. Ia dan kawan-kawannya. Mereka janjian mengambil cuti akan berpuasa dan lebaran di tanah air. Perempuan yang tadi melepas jilbabnya itu, dari yang kudengar, ia bekerja sebagai pengasuh anak pada sebuah keluarga arab di Doha.

Betapa kota ini menyimpan banyak cerita. Cerita laki-laki dan perempuan. Cerita para pekerja migrant. Cerita pelancong yang singgah transit. Cerita peziarah umroh atau haji yang travelnya membuat mereka singgah di Doha. Juga, cerita kita. Kau dan aku yang terpisah di Doha. Sudahkah angin yang bawa nafasku itu tiba padamu ?


Sehelai daun jatuh di Doha. Entah angin apa yang membuatnya jatuh. Kukira angin yang bawa sekelebat ingatan itu. Mungkin juga angin yang bawa nafasku. Entahlah.

Bersambung. Entah kapan

Comments

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.