Lebih Tua Dari Usiaku

Padanya, entah telah berapa tubuh menghempas. Mungkin sambil melipat kaki, atau menjuntaikan kaki seperti kebiasaanku. Tak terhitung.

Dulu, ketika masa ia berjaya pada zamannya. Masih muda, kinyis-kinyis pula, ia diletakkan di ruang agung yang kami sebut ruang tamu. Sejak aku bocah kecil yang bisa mengingat, ia telah terletak disana.

Masapun berganti hinga ia tak lagi kinyis-kinyis. Entah telah berapa presiden berganti, kukira tujuh sejak masa Soeharto, ia tetap bertahan meski sudah diletakan  ke belakang lalu akhirnya di dekat kebun kecil tempat bunga-bunga dan aneka tanaman dapur.

Ia tak pernah mengeluh, meski tak lagi diperhatikan di masa tuanya. Lebih dari apapun, jejak tak bisa dihapus bahwa ia berguna bahkan berjasa telah menjadi tempat duduk entah berapa ratus manusia secara bergantian. Manusia dan segala keluh kesahnya. Sedang ia, meski menua,  menyimak dengan tabah dan penuh penerimaan.

Comments

  1. Aku juga punya kursi yang lebih tua dari aku. Jauhhhhh. Hihihihihihi...

    -Ninneta-
    www.ninneta.com

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.