Jangan Panggil Aku Umi !

Pada sebuah baskom . Bacalah kalau kau mau..


Entahlah, rasanya tak nyaman saja. Pertama, kulitku hitam, hidungku tak mancung, apa pantas aku dipanggil umi !?. Kedua, setiap kali sebutan itu menjejak di telingaku, maka yang terbayang adalah Umi Elvie, sang penyanyi dangdut legendaris, dan Umi Zubaedah, pakar pengobatan alternatif, kalau tak mau menyebutnya dukun. Bahkan remaja putri yang sedang sumringah menjalin cinta saja dipanggil Umi oleh kekasihnya, kau lihatlah di bbm mereka, Umi- Abi, hehe.

Umi-umi itu memang putih, mancung. Umi Zubaedah, ada darah Arab-Palembangnya kalau tidak salah. Ya, awal mulanya sebutan Umi memang berasal dari Bahasa Arab. Katanya, artinya Ibu. Arti yang mulia. Tetap saja, aku enggan dipanggil Umi. Bagiku, Panggilan Umi tidak menandakan apa-apa kecuali menjejakkan kesan Arab pada panggilan itu. Ibu, rasanya jauh lebih bermakna. Lebih apa adanya. Lebih membumi. Lebih merangkul kearifan lokal.

Racauan entah berapa pasang underwear pada baskom berisi cairan deterjen.  Wahai, underwear dalam baskom, siapakah engkau hingga pantas dipanggil Umi ?

Comments

  1. mungkin ungkapan manis rasa hormat seperti bunda, daripada menyebut nama langsung

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.