Sorry, No Broadcast !
He, sesungguhnya saya menyimpan energi menulis sampai dengan 22 Oktober 2014. Niatnya seperti itu. Sayangnya pagi ini ada yang begitu menghentak-hentak di kepala minta dituliskan, maka saya mengalah. Sorry, No Broadcast. Baca saja kalau kau mau..
Ya, broadcast. Broadcast pesan BBM. Sudah lama saya jengah dengan broadcast pesan BBM. Ketika anda mendapat broadcast pesan BBM apa yang ada dalam benak anda? Jawabannya bisa bermacam-macam, tergantung isi kepala anda. Saya..., sungguh, malas rasanya membaca isi broadcast itu, apalagi menyebarkannya.
Kenapa..? karena isinya sering tidak valid. Terlebih lagi kalau di akhir pesan itu berisi ancaman. Misalnya broadcast tentang khasiat ayat Al Qur'an. membacanya setara dengan sholat sekian tahun Jika tidak menyebarkannya akan kena laknat. Ohhhhh.
Meski sering terang-terangan saya nyatakan bahwa saya tidak suka menerima pesan broadcast, masih saja orang mengirimkanya pada saya. Beberapa bulan lalu, hampir setiap hari saya menerima broadcast dari sebuah grup menulis di Kompasiana padahal saya bukan anggota grup itu. Di ujung broadcast dia berkata " Sorry menganggu.." Nah kan dia tau itu menganggu tapi dia broadcast ke seluruh kontak BBMnya. Apa susahnya memilah, dikirim ke anggota grup saja. Maunya saya. Untunglah karena ganti HP, kontak tersebut hilang.
Lanjut ya.., saat masa kampanye Pilpres saya rajin dikirimi broadcast oleh timses Prabowo, padahal jelas-jelas saya bukan pendukung Prabowo. Broadcastnya tidak pernah saya baca, akhirnya dia bosan sendiri. Ada juga teman kuliah dulu yang juga pendukung Prabowo rajin broadcast. Entah soal punya data Prabowo menang, yang katanya datanya katanya ada di TNI, lalu ada juga dia kirim video tentang menang 54% (saat gugatan di MK dianulir jadi 50an persen). Sebarkan, katanya. Hehehe.
Tadi, baru saja, ada broadcast lagi. Broadcast dari grup kantor saya. Isinya, larangan ngopi di Starbuck. Katanya ownner Starbuck adalah Yahudi yang menyumbang sekian persen dari keuntungannya kepada Israel untuk menggempur Palestina. Entah apakah berita itu valid atau masih sumir, di ujung pesan juga tertulis "Sebarkan....".
Begitulah. Saya tidak bisa memaksa orang agar tidak mudah menyebarkan broadcast yang isinya belum pasti kebenarannya. Paling tidak, saya bisa menyikapinya dengan cara saya. Saya tidak akan menyebarkan broadcast yang saya tidak tau pasti kebenarannya. Sorry, No Broadcast !
nah, gara2 broadcast2 di bbm itulah saya lalu tinggalkan bbm dan ganti ke hape jadul yg cm bisa sms/call. back to old versiondotkom
ReplyDelete