Town House Itu

Dulu, hanya halaman kosong dengan ilalang tumbuh disana. Tempat dimana kanak-kanak berlari memainkan permainan masa bocah mereka, angkoliung dan lain sebagainya. Saat angin bertiup rambut para bocah itu bertiup, illalangpun bertiup. Angin membuat bocah-bocah itu tak merasa gerah meski cuaca sangat panas. Kini, halaman itu tak lagi kosong, ia memunculkan sepasang Town House.

Entah kapan dibangun. Mungkin ketika pagi dan soreku lenyap ditelan pekerjaan yang menggila, halaman kosong itu perlahan-lahan dibangun hingga memunculkan sepasang bangunan warna putih dan kuning yang mereka sebut Town House. Tepat di depan mataku. Ya. di depan halaman rumah kami. Betapa waktu terasa seperti mengejekku. Ia merenggut ilalang di halaman itu tanpa kutau.

Rupanya telah ada 2 pasang town house lain dibangun di sekitar rumah kami. Ketika para manula teman-teman orang tua kami mulai merasa kesepian dengan halaman luas mereka, maka halaman itu mereka jual. Mungkin juga ada yang punya alasan lain, bangkrut lalu menjual rumah beserta halaman mereka. Pembelinya adalah para tauke yang kemudian menyulap halaman kosong itu menjadi Town house. 

Waktu berputar bukan tak terasa, kelam juga kejam. Seperti warung-warung kecil yang mulai digantikan alfamart dan indomaret, maka rumah-rumah beserta halaman yang dulu adalah tetangga kami sebagian telah digantikan town house.

Town House, bencikah aku pada bangunan itu? Tak ada gunanya. Tak ada yang bisa menahan putaran waktu. Tak ada yang bisa menahan perubahan zaman. Hanya, sudut mataku masih mengingat bayangan orang-orang duduk dengan rapi di halaman itu. Di depannya ada taman kecil yang dibuat dadakan. Di depan taman kecil itu, ada panggung tempat aku dan Bejo duduk. Pelaminan kami.  

Town House itu. Betapa waktu telah merengut halaman-halaman penuh kenangan menjadi usang oleh bangunan kokoh yang tak ada ilalang disana.

Comments

  1. atas nama pembangunan seringkali kita kehilangan arena untuk mengabadikan kenangan, ya, Bu ...

    ReplyDelete
  2. Waktu yg menindas untuk menuntut perubahan, dan kitalah korban"y

    ReplyDelete
  3. Dan akankah kenangan hilang tergulung pusaran waktu? Entah....

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.