Diselamatkan Gereja Kasih Kristus !?

Hari yang berat. Sejak menuju tempat kerja hingga sore terbentuk dan bergerak pulang ke rumah, ia terasa berat. Seperti udara menghembuskan hawa panas, mungkin juga kabut ke muka. Entahlah. Baca saja kalau kau suka..


Pukul 07.22 WIB di Simpang Charitas. Aneka kendaraan adu cepat. Saling klakson dan saling mendahului. Semuanya berlomba mengejar lampu hijau yang sudah di angka 16. Tak terkejar. Di barisan paling depan sebuah kendaraan mencicit lalu berhenti hingga lampu menyala merah. Seorang perempuan, mungkin sebaya kakak perempuan saya di rumah, keluar dari mobilnya. Matanya berapi-api. Rupanya bagian belakang mobilnya disenggol mobil lain. Untunglah, tak ada kejadian lanjutan yang seru. Mungkin tak ada cidera, juga tak ada lecet sedikitpun di mobilnya itu. Kejadian biasa. Hanya, saya yang berada di sebelah kanan kejadian itu cukup terpana hingga harus rela menunggu lampu hijau menyala lagi. Ya sudahlah.

Pukul 07.28 WIB, saat sedang memarkir kendaraan saya, tiba-tiba terdengar sudara berdentam yang cukup keras. Rupanya di seberang jalan halaman kantor saya, sebuah becak telah ditabrak. Sebab yang ditabrak adalah tukang becak, saya berlari ke jalanan untuk melihat dari dekat. Saat pintu mobil yang menabrak tukang becak itu terbuka, astaga, ternyata ibu yang matanya berapi-api di Simpang Charitas itu lagi. Rasanya jantung saya berdebar lebih kencang. Bahu saya, entah kenapa, kedutan. Emosi jiwa melanda saya, ohhhh. Untunglah banyak yang berhenti untuk menolong tukang becak itu (Bayangkan tukang becak tua renta, ditabrak pula). Mereka meminta ibu yang menabrak membawa tukang becak renta yang ditabrak, meski tidak parah lukanya, ke rumah sakit. Barulah saya kembali ke halaman kantor saya.

Sejak itu, hari terasa janggal. Rasanya semua agenda kerja jadi tidak menyenangkan. Seharian di kantor membahas bahan yang harus dipersiapkan bidang saya. Makan siangpun di meja rapat. Berat. Mungkin karena diawali oleh kejadian yang membuat emosi jiwa pagi hari itu.

Pukul 17.30 WIB, saya turun. Jadwal pulang tiba.  Saat di belakang kemudi, barulah terasa bahwa fisik saya begitu lemah. Mungkin karena sedang flu. Mungkin karena sedang menstruasi. Mungkin pula karena emosi jiwa yang ditenggarai kejadian tadi pagi. Rasanya saya sempoyongan. Rasanya saya agak berhalusinasi. Sambil menahan sempoyongan, saya berkata dalam hati saya, "Ya Allah, selamatkan saya.."

Diantara arus lalu lintas yang padat, saya terus melaju. Entah apa yang tadi terjadi, saya tak ingat lagi. Yang saya ingat, saat hampir mendekati simpang Rajawali dan akan belok kiri, ada mobil berpantat lebar di depan saya. Saya tak ingat jenis, apalagi merknya. Hanya, ia berjalan pelan. Teratur. Rupanya ia searah dengan saya. Sambil saya menahan rasa pusing, saya ikuti mobil itu. Apapun gerakannya, saya ikuti. Ketika dia agak ke kanan untuk menghindari lubang di sebelah kiri, saya ikuti. Dia agak serong ke kiri, saya ikuti. Terasa agak nyaman. Dia seperti muncul untuk memandu saya.

Sambil saya mengikuti mobil itu, saya terus bergumam. Gumaman aneka dzikir yang diajarkan ibu saya. Selain itu, saya tak ingat lagi apa yang saya gumamkan kecuali sesuatu di kepala saya yang menyuruh saya untuk terus mengikuti mobil itu. Di simpang jalan menuju rumah saya, barulah kami berpisah. Mobil berpantat lebar itu lurus, saya tersentak. Seperti ada yang berkata bahwa saya tak lagi harus mengikuti mobil itu. sayapun belok kiri. Alhamdulillah, saya tiba di rumah dengan selamat.

Begitulah. Bagian belakang mobil yang saya ikuti itu bertuliskan "Gereja Kasih Kristus". Betapa Tuhan telah menyelamatkan saya hari ini dengan caranya. Subhanalah. Salam.

Comments