(Not) a Kiss From A Rose

Tiba-tiba sebuah lagu berjudul A Kiss From a Rose memenuhi kepala. Mungkin televisi membawanya ke benak. Mungkin lengkingan DVD dari tetangga sebelah yang dibawa angin. Tak jelas. Hanya, lagu itu membuat ingin melesat.

 Malam yang jauh. Gelap. Hanya bintang, bulan tak ada. Hujan baru reda. Angin bertiup pada batu nisan di pusara, entah nama siapa yang tertera disana. Ketika angin berhenti bertiup di batu nisan, bukan  ciuman sekuntum mawar. Tapi..., ciuman selarik bunga ilalang. Ciuman bunga ilalang yang  kandas di batu nisan. Sebab angin selalu mengandaskan kemana dia suka. 

Mawar mencium batu nisan itu biasa. Sangat biasa. Sebab kapan saja seseorang datang ke pusara lalu meletakkan setangkai mawar disana, saat itu juga mawar mencium batu nisan. Sedang ilalang, he, dia berjuang keras. Harus luluh-lantak dibawa angin barulah tiba di batu nisan. 

Jika namaku yang tertera di batu nisan itu, aku ingin angin membawakan ciuman ilalang untukku. Bukan ciuman mawar.  Perduli apa dengan mawar. 

Sayang, hidup melankolik yang heroik, mugkin juga puitis itu tak terwakili oleh mawarmu. Maaf, mawar itu telah layu.

Setangkai mawar merah jambu terkulai pada vas bunga kristal di meja. Maka kuganti dia dengan beberapa tangkai ilalang.

Comments

  1. waw, sebuah tulisan yang sangat mampu merusak imajinasi saya. saya ikut larut mbak :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.