Cucilah Underwearmu, Sendiri...

Semalam dia menghentak minta dituliskan. Setelah Imlek, maka giliran si Underwear berteriak kencang di kepala. Sebab lelah  dan mata sudah tak kuat, saya bujuk dia untuk bersabar. Besok saja ya, kata saya. Maka pada jam Ishoma ini saya tulis. Baca saja kalau mau..

Telah lama sekali saya dan underwear berteman baik. He, saya kira semua orang. Siapa yang tak butuh underwear ? Tak ada. Semua orang butuh underwear (emang bisa dibungkus daun saja, hahaha) kecuali yang tak waras. Ya kita akrab dengan underwear. Mungkin sejak kita lahir. Tapi, sudahkah kita memperlakukan underwear kita dengan baik ? Jawablah dengan jujur. Pasti Jawabannya bervariasi antar orang per orang. 

Sebagian mungkin dimasukkan ke Laundry atau mesin cuci. Sebagian lagi dicucikan dengan tangan (hand washing) oleh si mbak asisten Rumah Tangga. Sisanya (mungkin hanya sebagian kecil) barulah kelompok yang mencuci dengan tanganya sendiri. Karena pengaruh budaya/adat yang membesarkan, saya masuk kelompok yang terakhir. Mencuci sendiri segala pernak-pernik underwear saya.

Ritual ini saya lakukan sejak saya kecil. Mungkin sejak saya kelas 5 SD. Saya dicekoki ibu saya bahwa perempuan harus mencuci underwearnya sendiri. Tidak boleh dicucikan orang. Pamali. Titik. Pokoknya seperti itu. Meski berontak, ya saya ikuti juga nasehat ibu saya.  

Maka tiap hari, biasanya sambil mandi saya mencuci underwear saya. Sambil nyanyi, saya kucek underwear dengan sabun mandi. Hm, wangi.  Bila masa super sibuk datang, para underwear itu saya masukkan dalam keranjang khusus untuk tempat underwear kotor di dalam kamar. He, jujur, kalau sudah begitu saya mengumpat-umpat adat yang bilang bahwa perempuan harus mencuci sendiri  underwearnya. Pretttt.

Betapa tidak adilnya. Kenapa perempuan saja yang harus mencuci underwearnya? Kenapa laki-laki tidak. Saya iri melihat abang-abang saya underwearnya dicucikan. Banyak lagi perlakuan yang tak sama untuk anak perempuan dan anak laki-laki. Pola Patriakart yang begitu kental. Kondisi yang tak saya sukai. Maka dalam hati saya bertekad, jika punya anak kelak, entah laki-laki atau perempuan perlakuannya harus sama. Belum lagi tekad-tekad lain yang saya siapkan untuk anak-anak saya. Hiks, mungkin Tuhan marah. Tanpa saya sadari, tekad itu membuat anak-anak saya ketakutan lalu enggan lahir di bumi ini.

Kembali ke underwear, beberapa tahun belakangan saya menyadari pentingnya kita mencuci underwear dengan tangan kita sendiri. Tidak perduli anda laki-laki atau perempuan. Cucilah underwearmu, sendiri. Sebab underwear itu terbuat dari bahan khusus. Bahan yang harus nyaman dipakai dan aman. Bila dimasukkan ke mesin cuci, dia cepat melar dan rusak. Bila dicucikan oleh asisten RT, yakinlah, tidak akan bersih. Mana ada orang lain yang telaten mencuci underwear orang lain. Saya termasuk orang yang rigid soal perawatan underwear. Sebab underwear saya harus standar. Harus menyanggah dengan baik dan nyaman dipakai. Hiks, saya hanya bisa menggunakan underwear dengan merk tertentu. Harganya agak sedikit mahal untuk ukuran kantong saya. Biasanya saya beli bila musim sale tiba. 

Maka, rawatlah underwear anda. Perhatikan cara mencucinya. Underwear itu, bahan pelindung organ intim kita. Oleh sebab itu harus bersih dan higyenis cara merawatnya. Sebaiknya tidak menggunakan pewangi. Tidak menggunakan pelembut. Harus dibilas dengan baik. Berulang-ulang dengan air bersih hingga sabun dan bahan kimia di dalam sabun sangat minim jumlahnya. Saya tak pernah tergiur iklan yang mengatakan bahwa softener tertentu bisa mengurangi jumlah air bilasan. Bahan kimia penghilang busa itu, amankah bagi kesehatan organ intim kita? Butuh penelitian yang mendalam.

Hah, begitulah. Merawat underwear itu penting. Penting bagi kesehatan kita. Maka, tidak perduli anda laki-laki atau perempuan, demi keamanan dan kesehatan anda sendiri sebaiknya ikuti saran ini (kalau mau). Cucilah underwearmu, sendiri. Salam.

GONG XI FA CAI, MOY!

Comments

  1. Aku ya risih mbak, kalo yang nyuci underwear itu orang lain. Apalagi sampe bapak atau ibu yang nyuci.. jaaanggaaannn.. kualat nanti.

    ReplyDelete
  2. hohohohhooooo...
    kalo males dan numpuk kadang ya di loundrikan saja...
    :P

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.