Rumah Dengan Ilalang Yang Melambai

Siapapun yang melewati rumah itu, pasti akan melihat sehamparan ilalang yang melambai. Ilalang yang bergerak ke kiri dan ke kanan atau bahkan memutar ketika angin menghembuskannya. Ya, ilalang yang menyambut siapa saja dengan lambaiannya. Maka, kusebut rumah itu.."Rumah Dengan Ilalang Yang Melambai". Rumahku..

Ia sangat mungil. Sederhana. Tak banyak lekuk liku. Hanya memiliki 2 buah kamar. Kamarku dan sebuah kamar tamu. Ruang tamu merangkap ruang baca yang tak lebih besar dari ukuran kamar mungilku. Ruang makan yang juga mungil. Kamar mandi yang  pas mungilnya. Dan dapur yang tak kalah mungil. Tak apa. Toh aku hanya masak seadanya. Paling-paling menjerang ketel airku, hehe.

Tapi taukah kau...?, kemungilannya membuatku nyaman. Aku bisa cepat tertidur bila lelah tiba. Cepat bergerak bila harus segera pergi. Meski mungil, halamannya luas. Disanalah para ilalang  tumbuh dan melambaikan tangannya dengan leluasa. Hanya, letaknya jauh di pinggir kota ini. taukah kau kenapa? Sebab ia berilalang. Membiarkan halaman rumah dengan hamparan ilalang bukanlah hal mudah. Kota ini telah menjadi kota yang tak ramah untuk ilalang. Ilalang hanya  dianggap gulma. Tak hanya itu, segerombolan tetangga memintaku untuk membasmi ilalang itu dengan roud-up dan aneka herbisida lain.

"Ia bisa pindah ke halaman saya dengan cepat.."
"Apa kau tak tau, sedikit saja angin bertiup maka bunganya akan terbang membawa biji lalu menyebar kemana saja.." 

Begitulah celoteh para tetangga. Sejak itu, hampir 5 tahun yang lalu, kuputuskan untuk memberi ruang pada ilalangku pada tempat yang layak. Tempat yang menerimanya dengan ramah. He, tak ada pilihan lain, memang harus pindah ke kawasan pinggir kota seperti tempat ini. Selesai masalah.

Sore ini, sebagaimana sore lainnya, para ilalang menyambutku dengan lambaiannya ketika aku pulang. Entah mengapa, lambaian mereka terasa berbeda dari biasanya. Rasanya hambar. Rasanya ada yang janggal. Kenapakah ? Entahlah. Belum kutemukan jawabannya. Aku tak sempat berpikir lagi. Lelahku tak lagi berwujud hingga otakku yang berkata cepat, tidurlah.........

Sepenggal naskah cerpen kedua untuk proyek Menulis Bersama Januari 50.000 Kata bersama Kampung Fiksi. Lanjutannya, serrrrruuuuu, swearrrr, hehe. Sengaja disimpan supaya nanti bisa diterbitkan jadi Kumcer lagi. Mohon doanya. Salam. 

Comments

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.