Melati Gurun
Rasanya ia cuma setangkai. Tapi wanginya hangat dan..., menuntun. Kau tak kan tau bagaimana rasanya hangat dan menuntun hingga kau merasakannya. Terbang. Melesat. Jauh. Jauh....
Tiba-tiba aku telah bersama kalian. Disini. Duduk di sudut sambil sesekali mereguk kopi pesananku. Wangi kopi yang tak sempat tercium sebab bercampur dengan aroma kalian yang wangi. Tapi tak apa. Wangi kopiku yang hilang terbayar oleh kehangatan tawa canda kalian. Maka kita, kalau boleh kusebut kita, tertawa bersama hingga kedua sudut mataku menyipit dan ada sedikit air disana. Begitulah bila tawaku sudah sangat meledak.
Di luar sana, suara petasan bergetar begitu rupa, andai saja kita bisa mendengarnya. Untunglah keriuhan kita dalam cafe ini membuat kita lupa pada keriuhan di luar sana. Kita seperti berpesta, kalau boleh ini disebut pesta. Sesekali satu dua orang diantara kita naik ke panggung. Menyanyikan lagu kesukaan masing-masing dan membuat penyanyi wanita itu bisa berisitirahat sejenak dan mereguk minuman dinginnya. Malam semakin larut.
Sudah pukul 23.45 menit waktu di tempat kita. Kopiku tandas. Hanya ampas yang tersisa. Tak apa. Ada sedikit waktu untuk bersiap menanti jam dinding itu tiba di angka 12. Kau, kau, dan kau terlihat tak sabar menanti tibanya saat yang kita nanti itu. Wajah kalian berpeluh. Senyum yang berbinar. Tunggulah. Tunggulah.
Benar saja. Ketika kedua jarum jam di dinding itu sama-sama menunjuk ke angka 12, gegap gempitalah kita. Sirine terdengar dari balai kota. Terompet dibunyikan. Dari jendela terlihat langit kota kita bermandikan cahaya. Cahaya kembang api. Kita saling berangkulan. Saling bersulang. Saling mengucapkan "Selamat datang Tahun Baru 2013"
Pestapun usai. Aku pulang. Entah kenapa aku telah berada di dalam sampan. Sungai tenang. Pohon-pohonan seperti melambai dengan gerakan daun dan dahannya. Langit menuntun dengan cahaya bintang. Bulan tak ada. Kukira belum saatnya dia ada. Hening. Bening. Sunyi. Hanya ada suara kecipak air karena gerakan dayung yang kukayuh dan suara jantungku. Entah kenapa aku bisa pulang dengan sampan. Entahlah. Aku tak bisa mengingatnya.
Sampan terus melaju. Setelah suara kecipak air itu berpadu dengan suara detak jantungku yang kesekian ratus detakan, aku tertegun. Kepalaku tertunduk pada air sungai yang tenang. Disana, aku seperti melihat segala janji yang belum kupenuhi. Janjiku pada diri sendiri. Janji di setiap perayaan pergantian tahun. Seperti malam ini. Janji yang kita buat setelah instrospeksi. Janji yang kita sebut resolusi. Ahhhh, apakah gunanya janji dan resolusi bila tak pernah kutepati....?
Tepat saat kata-kata itu terdengar di kepalaku, tiba-tiba wangi melati gurun itu muncul lagi di penciumanku. Wangi yang menyentakkan dan membuat mataku nyalang. Kucari dia. Tak ada. Dimanakah dia ? Sia-sia. Setangkai melati gurun itu tak ada. Melainkan sebuah kaleng kecil terletak di atas kepala tempat tidurku. Sebuah kaleng kecil berbentuk bulat. Benda yang baru kubeli tadi sore dan belum sempat kuletakkan pada tempat semestinya. Pada dinding kaleng itu tertulis " Car Scents, DESERT JASMINE". Inikah wangi melati gurun yang hangat dan menuntunku itu ?
Rupanya aku telah tertidur. Dan wangi benda itu menemaniku. Ohhhhh, prettttttt !.
PERTAMAXX,, hehe met tahun baru dulu ah...
ReplyDeletekeren! bagus banget mbak.
ReplyDeleteSelamat tahun baru mbak... keren ceritanya.
ReplyDeletenice post...
ReplyDelete-selamat tahun baru, kak...
Wooow!!! Selamat menempuh 2013 dan dibuka dengan melati gurun, rasanya bakalan wangi nih tahun ini :D
ReplyDelete