Ketika Ngangkang Itu Dilarang

Buat saya, bukan soal ngangkangnya. Tapi bagaimana cara pandang manusia terhadap harkat manusia. Baca saja kalau mau..

Ketika Walikota Lhokseumawe (kota yang susah nyebutnya, maaf kalau salah tulis) mengeluarkan aturan baru, yaitu dilarang ngangkang saat dibonceng untuk perempuan Lhokseumawe, gegerlah orang-orang. Semua angkat bicara. Saya terperangah. Betul-betul heran dengan isi kepala orang. Sesungguhnya, mau jongkok, ngangkang atau apa saja adalah hak azazi manusia. Melarang "Ngangkang" itu memang aneh. Hanya, harus dilihat untuk apa aturan dibuat.

Setelah baca-baca tentang hal tersebut. Ohhhhh, astaga. Katanya supaya saat dibonceng perempuan aman. Aman bagi kenyamanan penguna lalu-lintas. Dalam arti, tidak menampilkan pemandangan yang tidak layak disajikan di muka umum. Misal, terlalu syur hinga orang yang melihat bisa jelalatan lalu kelilipan dan menimbulkan bahaya berlalu-lintas. Atau malah sangat tidak syur hingga menimbulkan rasa mual, seperti bokong berlemak. Penuh burik atau seluluit. Mungkin begitu.

Menurut saya..., ketika aturan dibuat hanya dari sisi (sudut pandang) si pembuat aturan, maka aturan tersebut sudah bisa dikategorikan bukan aturan yang tepat. Kenapa tidak dipikirkan bagaimana perlindungan terhadap perempuan. Misal perempuan pekerja yang harus begerak cepat. Tidak bisa menggunakan rok karena tuntutan pekerjaan yang membuatnya harus dinamis, memakai celana panjang. Perempuan yang tidak punya mobil, bahkan motor hingga dia harus menggunakan ojek atau dibonceng. Rasanya lebih manusiawi kalau aturan yang dibuat berupa pengaturan cara berpakaian saat di jalan. Misal aturan untuk menutupi benda-benda berharga bagi perempuan, bokong, dlll. Bukan jilbab loh. Tapi, yang lebih penting adalah bagaimana aturan yang melindungi hak-hak perempuan yang bekerja di luar rumah. Bukan malah memasung  hak azazinya.

Begitulah. Ngangkang itu  adalah hak azazi. Ketika ngangkang itu dlarang, sama saja artinya kita tidak menghargai harkat kemanusiaan kita. Hm, kelihatannya dunia hanya dilihat dari sudut pandang laki-laki. Kepentingan laki-laki. Ahhhhh. Tiba-tiba suara-suara aneh sayup-sayup sampai di telinga saya,

"Wahai manusia, apa kalian lupa pentingnya perempuan ngangkang..."

Pastilah suara ilalang itu lagi. Sudah ah. Salam.


 Sumber Foto: Dari wall FB Edi Sembiring

Comments

  1. Ngangkang nggak ngangkang kalo udah syahwat di ubun-ubun dan gak punya rasa menghargai perempuan ya tetep dilecehkan itu perempuan.

    ReplyDelete
  2. Nah... spt yg ada di foto itu memang sering aku lihat di jalan2 mbak... hehehe.
    Mereka banyak yg gak sadar kalau duduk ngangkang spt itu ternyata bokong mereka ngintip. Harusnya baju atas mereka lebih panjang sehingga bisa nutupi bokong :D

    ReplyDelete
  3. Padahal perempuan ngangkang ituh penting banget!

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.