Chairil Anwar, Met Milad Masbro!

Hari ini, 90 tahun yang lalu seorang manusia dilahirkan. Seseorang yang kelak menuliskan: "Aku", "Krawang Bekasi", "Derai-derai Cemara", "Malam", "Hampa", dan entah berapa puluh puisi hebat lainnya. Kita mengenalnya sebagai Chairil Anwar.

Betapa ia penyair hebat yang "Menggelegar". Tak terpungkiri. Sangat banyak yang memujinya. Hari ini saja, di twitter, lautan pujian itu mengalir untuknya. Joko Pinurbo menyebutnya sebagai penyair "Edan" (tentu maksudnya lebih tinggi dari hebat). Sitok Srengenge mengatakan, gaya ungkapnya (Chairil) tegas, lugas. Ia mencintai dan menggauli bahasa, berhasrat mengorek kata sampai ke inti makna. Tapi ia mencapai lebih. Di tangannya, kata-kata tak hanya bermakna tapi juga berjiwa dan bertenaga. Lagu-lagaknya urakan, ekspresi karyanya berbeda. Sebab ia pemberontak, sebagai 'binatang jalang" dari kumpulan yang terbuang. Pun pujian dan pengakuan dari beragam kelompok/pihak. Pujian yang mungkin tak sempat lama ia rasakan. 

Buatku, dia tak hanya hebat. Dia juga penyair yang seksi. Sebab nukilan kata-katanya membuat nadi berdenyut, birahi. Sebab birahi itu tak sekedar menyangkut hal yang erotis bukan. Birahi ini lebih sebagai semangat menapak hidup dengan tinju terkepal. Meskipun ia berkata tentang "Hampa". Lihatlah,

HAMPA

Kepada sri,
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti..
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung pundak
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti. 



Seandainya dia masih hidup, tentu aku mau jadi muridnya, ohhhhh. Sudahlah. Bukankah hari-harinya sudah lewat. Hanya, kata-kata puisinya tetap tinggal. Meresap dalam banyak kepala dan jiwa. Maka hari ini, 26 Juli, kuucapkan padanya, "Chairil Anwar, Met milad Masbro!"

Comments