Pagi di bukit itu. Pucuk-pucuk akasia meliuk-liuk diterpa angin. Daun-daun dan rantingnya merindukan hujan. Hujan yang telah berabad-abad setia menunggu munculnya pelangi. Kuntum-kuntum bunga liar menanti saat untuk bersanding dengan langit biru.
Selalu ada sebuah alasan untuk menanti dan menunggu. Seperti akasia, langit dan bunga-bunga liar itu. Maka hujan berkata kepada pelangi,
I adore you....
Comments
Post a Comment
Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.