San Diego Hills, Betapa Egoisnya Manusia
Beberapa waktu yang lalu saya dengar orang menyebut-nyebut San Diego Hills. Sore ini saya dengar lagi di sebuah stasiun tv. Ya, San Diego Hills, nama yang cukup western. Sebuah pemakaman elit berkonsep taman di dekat pintu keluar Tol Karawang Barat yang konon meniru konsep Pemakaman Umum di California.
Banyak orang sudah memesan kaplingan di San Diego Hills, entah bila matinya tiba. Saya jadi berpikir, bila untuk urusan memilih tempat peristirahatan terakhir alias pemakaman saja manusia masih memikirkan soal gengsi dan kenyamanan, betapa egoisnya manusia. Bayangkan, untuk memesan kaplingannya pemakaman saja harus merogoh kocek yang begitu banyak. Kontras dengan situasi kebanyakan masyarakat kita yang serba kekurangan.
Itulah manusia dan egonya. Soal ego menyangkut urusan pemakaman dan wafat manusia ini, jujur saya sering merasa miris. Hampir setiap hari Jum'at (Hari Nyekar) jalanan menuju rumah saya dilanda macet. Seolah-olah kalau untuk urusan menengok keluarga, karib/kerabat yang sudah wafat maka semua orang akan dan harus maklum. Maka kemacetan itu berjalan dengan lenanya. Pun ketika ada warga yang meninggal dunia, jalanan macet lagi. Saat Bulan Ramadhan tiba dan tradisi nyekar tiba juga, kemacetan itu semakin lamaaaa dan panjang.
Sungguh saya miris. Kenapakah, setelah matipun manusia masih juga egois..? He, pikiran yang cepat saya tepiskan. Siapapun pasti akan mati entah bila mati itu tiba. Bila mati itu tiba, saya ingin keluarga dan kerabat saya jangan terlalu sering menengok saya di pemakaman. Cukuplah mendoakan dari rumah saja sebab doa tak harus di pemakaman agar tak menambah kemacetan.
Begitulah. Soal pemakaman ini, tentu saja saya tak akan memesan kaplingan pemakaman di San Diego Hills. Manalah saya mampu, hehe. Kalaupun mampu, tak akan saya lakukan. Dimana kita mati, dimana kita dimakamkan kadang sebuah misteri. Salam.
Begitulah. Soal pemakaman ini, tentu saja saya tak akan memesan kaplingan pemakaman di San Diego Hills. Manalah saya mampu, hehe. Kalaupun mampu, tak akan saya lakukan. Dimana kita mati, dimana kita dimakamkan kadang sebuah misteri. Salam.
Comments
Post a Comment
Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.