Sekali Ini, tanpa Judul

Keterbukaan itu indah. Tapi, eksploitasi atas keterbukaan yang tidak proporsional, buat saya membuat jengah.  Entah kenapa ingin menuliskan ini. 

Dulu, orang-orang dibungkam. Kita sering tak tau fakta yang sedang terjadi di tempat lain. Kini, semua hal bisa kita lihat dengan jelas meski di pelosok atau ujung dunia sekalipun. Berita tentang apa saja bisa kita baca dengan segera, dimana saja. Masalahnya, fakta sering tak sama dengan berita. Berita kadang lebih banyak memblow-up sesuatu sesuai dengan selera dan kepentingannya.

Lihatlah berita yang kini banyak beredar. Entah di media massa atau social media. Berita di televisi tentang Siti Gadis Cilik Penjual Bakso Keliling yang memilukan itu, rupanya banyak direkayasa. Berita kecelakaan Pesawat Sukhoi yang linknya disebar itu lebih banyak gosip dan issunya daripada fakta. Berita konser Lady Gaga lebih banyak debat kusir yang menjengkelkan daripada hal yang bermanfaat. Bahkan orang mulai tak segan-segan memberitakan sendiri perbuatan bejatnya (Ingatkah anda pada video rekaman bayi yang dianiaya pengasuhnya ?).

Jujur, saya sering mengabaikan berita yang bagi saya meragukan dan membuat jengah. Pun terhadap berita yang dikeluarkan oleh kantor berita resmi. Sebab berita sering melesat dari fakta. Apa yang kita lihatpun kadang sejatinya tak seperti hal yang nampak oleh mata. Apa yang kita dengar sering tak seperti suara sejatinya. Begitulah rasanya.

Seorang teman menampilkan link berita tentang Perempuan dan laki-laki dihukum mati karena menyanyi dan menari di Pakistan. Perasaan saya terhadap berita itu sama, jengah. Enggan. Entah kenapa. Mungkin  keengganan karena eksploitasi /blow-up berita telah terlalu sering memiliki muatan-muatan yang membuat jengah. Ah, lebih suka melihat sehelai daun jatuh. Hening dan diam-diam. Padahal ia telah membaktikan seluruh hidupnya pada alam ini. Bukankah itu lebih indah. 

Sekali ini, tanpa Judul. Sebab tak menemukan judul yang pas. Kalau berkenan, baca saja kawan. Salam. 

Comments