Apakah Tuhan Itu Majikan Kita...?

He, saya tak bisa menahan gelak saat seseorang mengomentari tulisan saya "Mayday, Kita Semua Adalah Buruh!" kemarin. Seseorang itu menimpali. Katanya....,  

Kita adalah buruh yang harus mengabdi ...
Mengabdi pada Tuhan diatas sana...

Begitulah. Tidak ada yang salah. Semua orang bebas memaknai apa saja yang ada di hadapannya dengan caranya. Hanya, tentu saja berbeda dengan pendapat saya. Bagi saya kalimat itu adalah kata-kata yang agak fatalistik. Bila manusia mengandaikan dirinya buruh (entah sebagai mahluk lemah atau mahluk yang harus mengabdi), maka siapakah Tuhan itu...?  

Ya ya ya. Manusia bebas merdeka mengeluarkan pendapat. Manusia adalah Tuan dari pikirannya sendiri. Taukah kau apa yang membuat saya tergelak sendiri ? he, cuma sebuah pikiran usil saya saja. Jika manusia  menganggap dirinya sebagai "Buruh" yang harus mengabdi pada Tuhan di atas sana, maka siapakah Tuhan tempat sang buruh mengabdi itu ? Majikankah ? ohohoho.

Kata-kata itu agak meronta-ronta di kepala saya, entah kenapa. Mugkin karena saya kurang nyeni atau kurang nyufi, he, dibandingkan teman yang berkomentar itu. Bila manusia adalah buruh dan Tuhan adalah majikan, sungguh saya miris akan suatu hal. Setiap ada ketidakpuasan sang buruh akan demo kepada majikannya. Atas alasan tidak puas. Alasan tidak nerimo akan nasib dan kejadian yang menimpanya, manusia akan berdemo kepada Tuhan kapan saja. Sebab Buruh adalah posisi lemah yang sering tidak diperhatikan kesejahteraannya oleh sang majikan yang berkuasa  Begitulah kisah yang terus mengemuka antara buruh versus majikan.

Tuhan itu, jelas Sang Maha. Dengan alasan apapun, Dia bukan Majikan kita. Bahwa manusia mengabdi kepada Tuhan itu sudah pasti. Tapi tidak dengan posisi sebagai Buruh meski bisa saja profesi kita di dunia adalah buruh. Hanya pikiran janggal saya saja. Salam

Comments