Sekali Lagi, Taste dan Sense Itu Memang "Unik"

Seringkali saya merasa heran dengan isi kepala saya. Betapa sulit tertarik dengan ide-ide yang muncul dan mengapung di langit. Betapa banyak teman yang mengadakan ajang ini dan itu, saya jarang tertarik. Tak jarang ada yang mengajak saya ikut, saya tetap tak tertarik. He, kalau saya ikut serta pada sebuah ajang bersama-sama, biasanya memang ajang itu pas di jiwa. Sisanya, hm, entahlah.

Separah itukah selera saya ? Sekali lagi, entahlah. Saya kira semuanya berkaitan dengan sense dan taste yang dimiliki masing-masing orang. Sebagaimana sebuah hari yang entah hari apa, tiba-tiba saya spontan menulis sesuatu di dinding FB saya, 

"Selalu, taste dan sense itu lebih nikmat dan hikmat bila ia tiba membentuk dirinya sendiri. Bukan produk massal, apalagi industri..."

Itukah jawabannya. Ya, bisa saja. Bisa pula tidak. Mungkin..., ada sebuah tahapan dimana ada orang yang  ingin mengalir sendiri. Berjalan dengan rasa yang menurutnya indah dan syahdu. Apa adanya, bersahaja. Tersenyum melihat dunia berputar. Menyeruput secangkir kopi sambil membuang jengah dan lelah sepulang kerja. Melakukan sesuatu diam-diam.

Ya ya ya. Buat saya, selera memang sebuah rasa yang sulit ditangkapkan oleh orang lain. Ia harus tiba pada saya dengan caranya sendiri. Seperti senyum sepotong batu yang tergeletak di samping pot kecil itu. Senyum yang mungkin tak ada bagi orang lain, tapi ada bagi saya.

Begitulah. Selera itu memang tak bisa dipaksa. Ia agak absurd. Sebab taste dan sense itu memang "Unik".  Salam. 

Comments

  1. hmmm...
    semua tergantung di dalam hati..
    karena hati adalah raja yg menikmati tubuh dan tentu saja taste yang kita miliki...
    ;)

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.