Gerimis dan Tepian Mahakam


Sejujurnya, April ini agak kuabaikan. Entah mengapa, ada enggan. Mungkin keengganan menghindari kejutan April Mop yang kadang membuat jengah. Entahlah. Maka ketika ia tiba, aku berusaha tak mengingatnya hingga datang tanggal 3 April. Sebuah surat tugaspun tiba. Harus berangkat ke Samarinda. Oh...

Perjalanan singkat yang cukup membuat lelah. Palembang-Samarinda selama 3 hari. Seperti biasanya sebuah perjalanan jauh, pastilah transit di Jakarta. Setelahnya, menuju Balikpapan. Balikpapan-Samarinda, kami tempuh via darat. Sebab tim tak mau menggunakan pesawat capung. Lebih lama sebab harus meliwati  Bukit Suharto yang cukup panjang. Alhamdulillah selamat. Alhamdulillah pula misi tugaspun tercapai. 

Begitulah. Ini hanya tulisan pandangan mata. Samarinda, tak jauh beda dengan Palembang. Hanya, kota itu agak lebih kecil. Ia seperti Palembang sepuluh tahun yang lalu. Jalanannya lebih sempit. Lampu jalanannya agak lebih remang. Selebihnya, hampir sama. Kondisi alamnya hampir sama. Sama-sama didominasi kawasan gambut. Kulinernyapun hampir sama. Sama-sama ada tempoyak. Ada ikan seluang. Ada Lempok. Ada Amplang (yang di Palembang disebut Getas). Ada Pindang juga. Orang Samarinda menyebutnya sebagai "Palumara". Bahkan  disana ada banyak gerai "Pempek Palembang".  Sayang, tak sempat mencoba pempek disana, haha.

Ada banyak kesan tak terlupakan tentang Samarinda.Tak sekedar melihat-lihat kain-kain motif Dayak yang indah. Atau Sarung Samarinda. Datang kesana, seperti pulang ke kampung halaman sendiri. Ya, karena kesamaan beberapa hal yang kusebut tadi. Hal yang paling mengesankan adalah....Tepian Mahakam. Tepian itu telah direklamasi. Kukira ini cukup memakan biaya mengingat Reklamasi Tepian Musi di kawasan Benteng Kuto Besak (BKB) saja sudah menelan biaya yang cukup tinggi. Apalagi sepanjang Mahakam di Kota Samarinda. Salut.

Ada jalanan basah yang menyambut kedatangan kami di Samarinda. Gerimis yang seperti mengundang kami untuk menjejakkan kami di tepian Mahakam. Sayang, inipun tak sempat. Hanya bisa memandanginya dari kejauhan. Semoga bisa di lain kesempatan. 

Saat perjalanan pulang. Gerimis inipun ada lagi. Kali ini, ia seperti berbisik agar berbelok ke sebuah jalan. Maka sebelum menempuh Balikpapan, kendaraan kami berbelok ke sebuah jalan. Ada sebuah toko pusat oleh-oleh yang dikelola dan ditata dengan rapi. East Kalimantan namanya. Tak hanya kain-kain motf Dayak, batu-batuan, manik-manik ataupun aneka sarung. Ada makanan khas samarinda dan Kaltim pada umunya disana. Juga, ada buku-buku. Entah kenapa tergerak untuk menitipkan bukuku disini. Ya..., bagi teman-teman yang berada di Samarinda atau tak sengaja datang ke kota ini. Mampirlah ke East Kalimantan. Jalan Antasari Nomor 1, disamping Happy Puppy. Minggu depan, ada bukuku "Ilalang, Menarilah!" di toko ini.

Terimakasih tepian Mahakam.  Bisikanmu sangat hikmat. Sayonara. Salam.

Comments

  1. coba foto fotony mbak ada.. lebih seru dan keren.

    ReplyDelete
  2. selalu digenapi rasa dingin
    aku mengetuk pintu rumahmu
    dan berharap engkau ada ditempat
    menyambutku


    _kabar baik bunda_

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.