Sekali Waktu...
Sekali waktu, hanya ingin duduk di sudut. Manatap orang yang lalu-lalang tanpa terlihat. Sekali waktu, ingin bersenda gurau dan tersenyum sumringah pada semua orang. Sekali waktu, ingin menjauh dari segala keriuhan. Menyepi ke sebuah tempat jauh dimana matahari muncul dari balik gunung dan tenggelam ke dalam laut.
Sekali waktu, ingin berada di sampingnya. Menatap wajahnya dengan senyum pertama yang tanpa sekat. Sekali waktu, ingin berjarak hingga rindu terasa lebih hikmat. Sekali waktu, ingin membuang rasa dan lupa pada hari dimana dia bertemu dirinya hingga tak akan ada ingatan tentang apa-apa saat cinta menyesap saripati luka yang menyayat. Seandainya bisa...
Sekali waktu, bukankah ia boleh nyatakan sikap tentang apa saja. Bahwa ia beda. Bahwa berkutat di pusaran pasaran itu bukanlah caranya. Bahwa bertahan dengan keresahan yang sama bukanlah gayanya.
Nyanyian ilalang saat hujan baru saja reda menitik pada malam gelap gulita..
Nyanyian ilalang saat hujan baru saja reda menitik pada malam gelap gulita..
Sekali waktu, berkutat di pusaran pasaran itu juga boleh. Sekali waktu, bahwa menikmati keresahan yang sama juga tak apa-apa.
ReplyDeleteBarangkali saja ada makna yang terlewatkan sia-sia. hehehe.
Apa kbr bu?