Memoar Februari

Sesunguhnya Februari hanya bulan kedua dalam kalender masehi. Ia bulan yang biasa. Sama saja dengan bulan-bulan lainnya. Seseorang tercenung menatap sebuah sore di Februari ini. Hm, barulah ia sadar bahwa Februari telah diberi sebuah embel-embel makna. Bulan cinta..

Ya, katanya bulan cinta. Bulan dimana orang-orang merayakan Hari Kasih Sayang. Lihatlah beberapa fasiltas umum telah mulai memunculkan semburat Hari Kasih sayang Itu. Supermarket, supermall, cafe dan hotel-hotel, telah memasang dekorasi Hari Kasih Sayang. Maka salahkanlah iklan-iklan dan majalah-majalah yang telah menebarkan isu menyesatkan itu demi meningkatkan oplah mereka. Padahal, setiap hari adalah cinta. Setiap hari adalah hari kasih sayang.

Sudahlah. Tak perlu mencibir, bisiknya. Sebab hal-hal remeh temeh seperti ini tak perlu diperdebatkan. Nikmati saja. Rasai saja. Bulan ini sama saja dengan bulan lainnya. Hanya, bulan ini volume pekerjaannya sebagai buruh meningkat. Tentu saja peningkatan ini harus dihadapi dengan penuh cinta dan kebahagiaan. Kalau tidak, tak ada yang bisa didapat kecuali lelah dan kesia-siaan. 

Begitulah ia berbisik. Di kepalanya, catatan tentang bulan Februari itu telah menumpuk. Sebagian telah dituangkan dalam sebuah buku lusuhnya, dulu. Sebuah catatan. Memoar Februari. Catatan yang fokusnya mungkin tidak sama dengan catatanmu, atau catatan mereka. Entah bila akan dituangkan dalam notebook tuanya. Nikmatilah harimu. Penuhi jiwa dengan cinta. Salam. 

Februari Tak Melulu Soal Cinta-cintaan

Comments