Mona, Gadis Kecil Dengan Kunang-kunang di Matanya

Seorang perempuan setengah baya sedang duduk di sebuah kursi. Mendung sedang tiba di langit kotanya. Sambil duduk, matanya menatap ke luar jendela. Hinggap di langit mendung yang kini telah berwarna hitam. Sebelah tangannya memegang telpon genggam. Sebelah lagi, membolak-balik buku catatan kecil yang sudah lusuh juga usang.



Rasanya masih kemarin Mona kecil ia lihat berdiri di dekatnya. Mona yang memandangnya dengan pandangan minta pengertian saat ia memarahinya. Ia juga ingat bagaimana Mona sering sekali menjadi korban kekesalannya. Bila ia kesal pada suaminya, Monalah yang menjadi sasaran. Selalu Mona. Ia akan marah-marah tanpa sebab pada Mona. Menghardik, mengomeli Mona dengan sumpah serapah tak terperi. Bahkan pernah ia menempeleng Mona. Duhhh, rasanya ia sangat menyesal. Ingin rasanya kembali ke masa itu dan menarik lagi segala sumpah serapah dan tempelengannya pada Mona, seandainya bisa. Dan waktu tak bisa diputar kembali.

Mona itu gadis kecil yang matanya bercahaya juga indah. Seindah kunang-kunang di Sembilang. Begitulah kata almarhum suaminya. Waktu kecilnya, mona lebih suka menyendiri. Jarang sekali Mona bermain dengan teman-teman seusianya. Sebab Mona anak tertua. Seolah sudah tertulis di dahi Mona bahwa karena ia anak tertua maka tugasnya adalah mengasuh adik-adik dan membantu ibunya untuk pekerjaan domestik di rumah.


Mona menurut saja. Tak pernah sekalipun Mona mengeluh. Mona hanya diam. Mona juga sangat mudah memahami situasi. Ia ingat sekali, bila sedang terjadi pertengkaran hebat atara dia dan suaminya, diam-diam Mona akan mengajak adik-adiknya bermain keluar, menjauhi rumah. Oh, Mona...., air mata perempuan setengah baya ini menetes. Ia menangisi Monanya.


Kini, sudah hampir 2 minggu ia kehilangan jejak anaknya. Anaknya yang menghilang sehari menjelang hari pernikahannya. Ya..., Mona. Dan perempuan setengah baya ini adalah ibu Mona. Betapa ia begitu malu. Mau ditaruh kemana mukaku ?. Setiap orang bertanya tentang Mona. Kenapa Mona ? Kemana Mona ? Dimana Mona ? Pertanyaan-pertanyaan yang tak ia miliki jawabannya....   

Salah satu bagian dari naskah Novel "Kunang-Kunang di Sembilang". Baru merangkak di 21K. Sedang cerita rasanya sudah mencapai 75%. Oh, sebentar lagi klimaks dan  konflik akan berakhir. Tinggal memilih cara  cooling down yang tepat untuk mendinginkan konflik. Setelahnya memoles dan berpanjang-panjang kata. Ajari saya kawan. Salam.

Comments

  1. wuooo..... mau diajari apa niy. itu udah bagus, tinggal nunggu endingnya nih... hehehehe

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.