Kunang-kunang di Sembilang, Lanjutan...

Ombak tak henti membuncah. Sudah 2 jam ombak ini menemaninya. Setiap desah ombak adalah seperti erangan buatnya. Erangan jiwanya yang selalu menyebut nama itu. Mona. Mona. Mona. Betapa Mona telah membelenggunya.

Iapun pucat pasi. Sebab ombak yang muaranya menuju Laut Cina Selatan ini seperti sedang mengamuk. Padahal ini bukan musim angin barat. Oh, anginpun rupanya bisa lupa pada musimnya. Bila hati manusia miliki musimnya, tak demikian dengan hatinya. Ah hatinyapun seperti angin. Buatnya musim di hatinya adalah Mona. Selalu Mona. Mona saja. Tak ada yang lain. 

Beberapa menit kemudian, barisan mangrove, entah bakau, entah pedada, mulai terlihat. Akarnya malang-melintang mencengkau pantai lumpur itu. Barisan mangrove yang seperti meyambutnya. Mangrove itu juga semakin mengingatkannya pada Mona. Mona, tak ada detik yang berlalu tanpamu desisnya. Oh, waktu yang mencekam. 

Tak lama, barisan rumah panggung juga terlihat. Rumah panggung di sepanjang pantai yang seolah mengucapkan selamat datang padanya. Hening. Sepi. Tak ada suara-suara kecuali deru mesin speedboat dan deru ombak. Beberapa menit setelahnya,

"Dusun Sembilang...",  juru mudi berseru.

Maka tentu tak akan lama lagi speedboat yang ditumpanginya akan berhenti. Sebab dusun Sembilang adalah  salah satu dari 2 dusun yag berada dalam kawasan Taman Nasional Sembilang. Ya..., TN Sembilang. Mona, betapa jauh jarak telah kutempuh untuk mencarimu. Ia mendesis lagi. Desisan yang tentu saja tak terdengar.

Juru Mudi menghentikan mesin speedboat. Sebuah sauh tali dilempar ke pantai. Satu per satu penumpang speedboat turun. Mereka adalah penduduk dusun Sembilang. Mereka berjalan menuju kediaman mereka yang letaknya agak ke belakang, di tepi Sungai Sembilang. 

Iapun turun. Wajahnya masih pucat pasi. Hempasan ombak telah memucatkannya. Rambutnya, tak lagi rapi. Angin telah membuatnya kusut masai. Ia terlihat asing diantara penumpang lain. Sudah pasti  dan tak ia hiraukan.

Kemanakah Mona ? ia bertanya lagi.  Bertanya pada dirinya sendiri. Tentu saja tak ada jawaban kecuali kata-kata "Pos Jaga". Mona pernah bercerita tentang pos jaga. Pos jaga petugas TN Sembilang yang bisa digunakan oleh para peneliti dan tamu TN Sembilang. Kesanalah ia akan mencari Mona.


Bersambung (nantikan, kalau mau)....

Comments

  1. sungguh suatu perjalanan jauh untuk mencari Mona.
    semoga mona baik-baik saja

    ReplyDelete
  2. saya ga sama mona kok....
    :P


    selamat tahun baru...
    :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.