Marhabban Ya Sinterklas...!

Sudah lewat kejadiannya. Tentu saja. Natal sudah lewat. Tapi, hiks, sampai detik ini saya suka senyum-senyum sendiri kalau ingat kata-kata itu, "Marhabban Ya Sinterklas..!". Kata-kata itu, entah milik siapa, diretweet oleh Saut di twitternya.  

Senyum-senyum saya itu, saya kira hanya sebuah senyum spontan. Ketika orang-orang mulai familiar dengan ungkapan yang ada di sekitarnya, lalu mencoba menggunakan istilah itu di kalangannya. Buat saya ini kespontanan yang manusiawi. Maka ketika saya tersenyum, katakanlah urat geli saya tercolek, spontan. Begitulah saya adanya.

Sedangkan Sinterklas, karena saya hanya mengenalnya lewat film di televisi, majalah anak-anak saat saya kecil, sampai saat ini tetap misteri bagi saya. Sinterklas itu, katanya sebuah keajaiban yang muncul saat Natal milik  teman-teman saya  tiba. Seandainya setiap orang diberi satu Sinterklas. Seandainya saya boleh mengajukan harapan tentang Sinterklas, karena Sinterklass digambarkan sebagai laki-laki, saya ingin dia adalah laki-laki yang lucu dan spontan. Laki-laki kuat yang idenya segar. Laki-laki tegar yang tidak mudah tersinggung dan tersungginng untuk hal-hal sepele. Dengan begitu dunia akan terasa lebih ringan dijalani.

Begitulah. Seandainya saya diberi satu Sinterklas, maka saya akan berkata "Marhabban ya Sinterklas". Hahaha. Khyalan janggal. Jangan diambil hati. Salam.  

Comments

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.