Perjalanan Catatan Kicauan

Jika catatan yang kita torehkan menggema ke langit, anehkah bila saya rasakan pantulan gemanya masuk ke jiwa ? Entahlah. Entah pula kenapa sore tadi saya membuka-buka membuka catatan kicauan saya di twitter.  Keisengan yang aneh. Dan beberapa dari kicauan itu, membuat saya tertegun. Entah kenapa...

5 September 2011,
Bahkan membuang ranting demi mendapatkan dahan yang luruspun miliki resiko. Dahan itu tak lagi miliki keindahannya...


1 September 2011,
Kau rindu yang disimpan di saku baju, dan hanya bisa dimunculkan saat gelap tiba di sudut itu...
  
19 Agustus 2011,
Cuma bisa mendoakan. Maka biarkanlah rasa ini kembali ke asalnya...

15 Agustus 2011,
Katakan padaku tentang rindu. Buatku, rindu yang sebenarnya rindu adalah menerima perpisahan dengan damai dan senyum di jiwa...

6 Agutus 2011,
Maka kubur saja dukamu. Campakkan sedihmu pada malam yang tak berupa. Lupakan, lupakan saja. Sebab esok secangkir kopi masih menanti dengan asapnya... 

30 Juli 2011,
Maka aku mengingat-ingat, kapankah ini bermula, titik ketika apinya menyala ? Sedang nyalaku bukan untuknya...

28 Juli 2011,
Lautan itu menenggelamkan, fana...

28 Juli 2011,
Sedih tak terkira...

16 Juli 2011,
Ditangkap sore yang menganga. Tak ada, tak ada dia hingga kuteriaki sore, "Cepatlah gelap saja..."

15 Jui 2011,
Bertahanlah. Setidaknya hingga november dan ini usai. Setelahnya, lempar saja rasa itu dan kau menyeka tangismu dalam gelap...

8 Juli 2011,
Pulang. Seperti pulang ilalang kepada anginnya. Seperti kau yang pulang kepada hampa jalanan...

6 Juli 2011,
Jika tidurku adalah perjalanan menuju langit hitam, kuharap Dia jadi bintangku hingga kelam ini sirna...


2 Juli 2011,
November, betapa lamanya...


30 Juni 2011,
Kukumpulkan mimpi dalam sakuku. Lalu pada separuh malam yang hening, kubuka sakuku. Kubiarkan mimpiku terbang ke langit... 

28 Juni 2011,
Selamat pagi burung gagak. Kukira kau tak butuh sebuah gitar melainkan sepasang sayap yang kuat. Sebab mendung sudah menjerat...

22 Juni 2011,
Bila waktu tak lagi kumiliki, setidaknya rasa indah itu pernah jadi milikku...

16 juni 2011,
Senang. Maka senyum ini tak bisa hilang dari wajah. Entah esok ia akan jadi apa. Mungkin tangisan. Entahlah...

13 Juni 2011,
Matikan HP lalu duduk di sudut itu. Biarkan lelah mencari bentuk indahnya. Sebab orang-orang mulai pulang ke rumah. Ini waktuku...

4 Juni 2011,
Perahu malam ditemani bintang. Berlayarlah, ikuti sinarnya hingga kau rasa tiba di tepian. Semoga saat itu airmatamu reda...

3 Juni 2011,
Sakit itu bukan hanya ketika dikhianati bahkan ketika dicintai. Maka buang saja rasa-rasa sendu, bikin buku...

25 Maret 2011,
Aku tertawa, aku mendesah. Udara pagi menyergap, hingar-bingar ruangan. Oh, rupanya sebentar sore akhir pekan tiba...

18 Februari 2011,
Angin gagap hembuskan ilalang. Maka tarianyapun menjadi jalang. Taukah kau sebab kenapa ia tak pulang ? Gagapmu menyesatkannya...

22 Januari 2011,
Sebuah kisah baru saja tuntas. Maka marilah tidur. Biarkan alam bawah sadar menyelesaikan sisanya...


Ah, barulah saya paham kenapa pantulan gemanya masuk ke jiwa. Sebab ini catatan ini adalah perjalanan kicauan jiwa. Saat sedang sedih. Senang. Lelah. Bahkan saat jengah. Catatan jiwa dan dan apa adanya.  Mungkin ini sebabnya mengapa saat membaca ulang beberapa diantaranya membuat saya tertegun. Membacanya, seperti melihat lagi rentet kejadiannya. He, sepenggal cerita dan hanya saya yang tau maknanya. Dekat, sangat dekat. Betapa sederhana caraNya membuka mata jiwa kita. Catatan ini jadi kado milad terindah buat diri saya. Mungkin kelak akan jadi buku. Tak ada coretan yang sia-sia bukan, hehe. Salam. 

Comments

  1. kicauan jiwa bagai menumpahkan segala rasa..

    Selamat Ulang Tahun Bunda
    Smoga sehat dan sukses selalu

    ReplyDelete
  2. ya, catatan adalah potret perjalanan, juga potret jiwa. Maka bila itu memiliki makna, itulah nilai diri yang sejati.

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.