Darimanakah Asa Itu..?


Tadi pagi ketika mata saya terbuka, seperti biasa yang lebih dulu terbuka adalah indra pendengaran saya. Mata saya berkerjab demi mendengar suara-suara yang masuk ke telinga. Suara lantunan doa, dari masjid dekat rumah. Artinya sudah hampir pukul setengah enam pagi. Suara kicau burung, entah sedang bertengger di dahan apa. Suara televisi, ah tidak ada. Tentu saja, kan saya masih tergolek di pembaringan.


Tak lama, saya ingat, ah ini hari Sabtu rupanya. Alhamdulillah, pagi ini bisa menyeruput secangkir kopi saya dengan santai. Tidak perlu terburu-buru seperti hari-hari lainnya. Bisa memandangi dan merawat beberapa tanaman kesayangan saya (kalau nanti tergerak). Bisa memasak menu kesukaan. Bisa menulis tentang apa saja. Indahnya...

He, saya jadi malu pada diri sendiri. Sebab telah begitu sumringah hari ini. Asa saya melesat begitu rupa. Seperti musafir yang menemukan jalan pulang, hahaha. Maka sayapun bertanya pada diri saya sendiri, darimanakah semua asa itu berasal...?

Entah apa jawaban pastinya. Mata saya tertumbuk pada kusut masai tempat tidur saya. Mungkin jawabannya, berasal dari kepala. Asa itu hakekatnya adalah suara-suara yang menari di kepala. Suara yang terbang ke langit ketika saya melantunkannya. Lalu ketika pagi menyingsing, sebagian terjatuh lagi pada tempat tidur saya. Menimpa seprai dan bantai guling saya. 

Mungkin saja kan. Selamat Tahun Baru bagi yang merayakan. Selamat hari libur buat anda semua. Salam.

Comments

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.