kukira aku jatuh cinta...
pada secangkir kopi ketika asapnya mengepul
pada sehelai daun jatuh ketika angin menerbangkannya
pada senyum renyah matahari sebelum tingginya di atas kepala
pada kaki langit berpelangi ketika hujan reda
pada mata bening bocah sebelah rumah yang buat jiwaku belah
pada arah selatan dimana timur, barat dan utara telah kulupa
padanya ketika ia berkata cinta tak perlu apa-apa, hanya rasa
(Sajak Ilalang Kepada Angin, lupa yang ke berapa)
Pada coklat di gigitan terakhir :-) :-)
ReplyDeleteKok, gigitan terakhir ? Cari tau ah, hehe
ReplyDeleteHehehhe...
ReplyDeleteCari tau lewat jarimu "Yellow pages"
cinta cuma sepenggal kata, yang bisa hilang tanpa rasa. pergi tak kembali, dan lenyap ditelan bumi.. cinta tak butuh apa apa.. tp tetap butuh uang bensin mbak...
ReplyDelete@Ferry, hehe. Untuk merasakannya, cukup dengan "Rasa" tadi. Untuk merawatnya, nah butuh biaya, bensin, dll...
ReplyDeleterasa saja tak cukup untuk mempertahankan cinta.. karena cinta juga realitas yang nyata
ReplyDelete@Ferry, betul sekali. Cinta itu Maha Luas dan sesungguhnya kalau kita batasi pada "Rasa" maka dia "Pure". Menyepilah, merenung kalau sempat. Lihatlah apa saja yang bergerak di alam semesta, maka kita bisa merasakan "Cinta", cinta pada semesta. Mungkin pada bagiannya, rasa cinta pada sehelai daun jatuh, cinta pada pelangi setelah hujan reda, dsb. Bahkan saat kita merenungkan pasangan hidup kita, suami/istri/pacar, rasa tetaplah rasa, bila memang cinta akan terasa. Tapi, seperti yang saya sebut di atas, untuk merawatnya, mempertahankannya, mungkin butuh materi dll, hehe.
ReplyDeletePun pada setiap bait puisi yang kubaca disini,...
ReplyDeleteselamat pagi mba, apa kabar ??
@SenJa, siang mbak. Kabar saya baik, semoga sama ya. Selamat menikmati Desember yang indah ini..
ReplyDelete