Oktober Tiba, Hujanpun Tiba di Kotaku

Waktu melesat begitu cepat. Tak terasa, Oktober tiba. Tak ada, tak ada yang istimewa melainkan ia tiba di hari sabtu. Hari dimulainya libur akhir pekan. Akkhir pekan yang cukup menyenangkan sebab tanpa aba-aba lembur. Maka aktivitas akhir pekanpun muncul seperti biasa. Mencuci baju. Memasak, kalau mau. Merawat tanaman, kalau hati tergerak. Merawat diri ke salon, kalau memungkinkan. Dan kalau-kalau yang lain.

Tak terasa sorepun tiba. Tengah menikmati sore itu, tiba-tiba hujan turun. Ah, akhirnya hujan turun juga di kotaku setelah beberapa kali dipancing dengan hujan buatan. Seketika ada aura yang berbeda. Langit itu seperti mengucapkan rasa syukur. Warnanya terang benderang meski setiap celahnya meneteskan hujan. Burung-burung, entah jenis apa, tak gentar oleh siraman air hujan. Mereka terlihat menari dengan riang. Bahkan rumput di halaman rumah yang mulai mengering terlihat ceria. Semuanya seperti menarikan ucapan terimakasih

Adakah hal yang lebih patut diucapkan selain kata "Terimakasih" ?. Kukira tak ada. Ya, terimakasih kepada Semesta yang telah menurunkan hujan ini di kotaku. Terimakasih padaNya yang tetap menyayangi meski telah menguji dengan hawa panas dan kabut asap beberapa bulan ini 

Ah, rasanya akupun menari. Tarian di jiwaku yang takkan kau tau. Tengah jiwaku menari itu, tiba-tiba mati lampu.  Sudahlah. Kukunci saja pintu dan jendela. Kutarik selimut.  Dari balik selimut itu, jiwaku menari lagi. Entah tarian apa. Kukira ini masih tarian syukur sebab hujan telah tiba di kotaku sebagaimana Oktober ini tiba. Salam.

Comments

  1. Ah, jadi merindukan bau debu pasca hujan :)

    ReplyDelete
  2. Hujan di bulan Oktober. Duh iya juga yah nanti makin merajalela hujannya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.