Pembohongan

Seseorang terpekur. Malam baru saja terbentuk. Di kepalanya suara-suara itu berseliweran. Suara ilalang yang membawa kisah yang ditemuinya hari ini. Maka biarkanah dia berkisah. Kalau kau suka, jangan ragu, ikuti saja....


Apakah yang lebih menyakitkan selain dibohongi ? Buat saya, rasanya tidak ada. Sebab pembohongan adalah hal paling menyakitkan buat saya. Karenanya, saya benci orang-orang yang melakukan "Pembohongan". Hanya, karena kebohongan itu berseliweran di sekitar kita, bahkan dengan wajah manis dan senyum paling sumringah yang pernah ada, kadang saya akan tersenyum saja pada sebuah pembohongan. 

Beberapa hari yang lalu saat sedang sarapan di sebuah hotel bersama teman, tiba-tiba saja meja kami didatangi seorang ibu yang usianya cukup tua. Ia mengaku berasal dari Bali. Penampilannya masih segar. Cantik dan wangi. Saat dia mendekati meja kami, sesuatu di jiwa saya sudah berdetak. Hm, bukankah aneh saat meja lain masih ada yang kosong, beliau memilih untuk bergabung dengan kami. Saya berpikir, pasti ada sesuatu. Paling tidak ada yang ingin beliau komunikasikan dengan kami,

"Boleh saya gabung disini...?" tanyanya sambil membawa sepiring sayuran dan salad. Kami mengangguk
"Saya ada bisnis barang antik...." lanjutnya
"Saya juga bisnis piringg antibasi. ..", lanjutnya lagi. Kami hanya melongo
"Di palembang itu ada kerajaan apa..?" tanyanya
"Sriwijaya", jawab saya dan teman saya berbarengan. Saking bangganya menyebutkan kerajaan itu, hehe
"Kalau ada dana hibah kerajaan Sriwijaya yang diblokir, saya bisa bantu..." kata beliau lagi sambil menyantap sayurannya

Sampai disitu, saya makin melongo. Omongan beliau makin melompat-lompat. Saya dan teman sudah saling memberi kode dengan bahasa isyarat mata kami. Pasti ujung-ujungnya menawarkan sesuatu. Biarlah, kita beri kesempatan beiau melancarkan aksinya. Toh rapat kami baru dimulai 1 jam lagi. Demikianlah isyarat mata kami. 

"Mba, tolong tuliskan namanya disini dan no HPnya..." pinta beliau sambil menyodorkan notes kecilnya

Wow, saya terhenyak. Kenapa saya harus memberi nama dan nomor Hp saya ? Bukankah saya tidak mengenal beliau ? Bukankah bisa saja beliau yang dihadapan saya ini seorang penipu !?. Antara ragu-ragu dan tidak, entah kenapa saya tuliskan juga nama saya beserta nomor HP saya. Nama dan nomor hp asli saya. Rupanya, tangan saya tidak sanggup untuk menuliskan sebuah kebohongan, meskipun untuk melindungi diri saya. Begitupun teman saya.

Begitulah. Lalu hari ini, saya merasakan kepengapan yang sangat pengap. Saya melihat beberapa orang dengan mudahnya melakukan kebohongan. Apakah yang lebih menyakitkan dari sebuah pembohongan ? buat saya tidak ada. Apalagi karena pembohongan ini dibaluti senyum indah. Maka tidak ada yang bisa saya lakukan kecuali pura-pura tidak tau dan memberikan senyum saya juga padaya. Taukah kau wahai pembohong, betapa perihnya saya...?

Comments

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.