Sudahkah Kita Merdeka ?

Hari ini kita tiba pada tanggal keramat, 17 Agustus yang kita banggakan sebagai Hari Kemerdekaan. Ya, kita telah merdeka sejak 66 tahun yang lalu. Hanya menurut saya, sesungguhnya kita baru tiba pada tataran  Pernyataan Kemerdekaan, proklamasi.  Proklamasi yang harus  seharusnya kita syukuri dengan mengisinya secara heroik pula. Perjuangan bangsa kita masih panjang.

Merdeka itu.....buat saya adalah soal membebaskan diri dari belenggu. Belenggu kebodohan, kepicikan, kefasikan, kemiskinan, dan belenggu-belenggu lain yang menghimpit manusia. Maka mari tanya ke diri kita masing-masing, sudahkah kita merdeka ? Merdeka yang sesungguhnya merdeka. Jawabannya, ada di jiwa kita masing-masing.

Saya hanya ingin mengatakan, saya belumlah merdeka. Saya sering merasakan diri saya bodoh, picik. Sayapun masih miskin. Mungkin tak hanya miskin jiwa, juga miskin materi. Apakah saya harus bersedih atau meratapi kondisi saya ? He, tak perlu saya jabarkan. Saya kira kesadaran akan kondisi yang ada pada diri saya adalah sebuah lecutan untuk bangkit. Jujur, saya masih berjuang untuk mencapai Merdeka yang sesungguhnya merdeka itu.

Semalam saat saya akan beristirahat, saya merenungi kondisi yang hampir setiap malam terjadi di sekitar saya. TOA masjid -masjid dekat rumah saya saling berlomba mengeraskan volume suaranya. Apalagi semalam perayaan Nuzul Qur'an,  Pertanyaan saya, kenapa  pengeras suara itu diarahkan keluar masjid ? Jawabannya, mungkin sebagai syiar agama. Tepat ketika saya tiba di jawaban itu, saya merasa menemukan jawaban sesungguhnya  soal kenapa tidak banyak kemajuan yang dicapai negara kita meski telah merdeka selama 66 tahun. 

Kita sibuk pada hal-hal tidak esensial. Sibuk berkutat pada hal-hal yang sekedar tataran kulit, bukan isi. Sibuk merasa benar sendiri lalu mudah terprovokasi.  Di tingkat elit politik, tak banyak berbeda. Mereka sibuk memikirkan diri sendiri. Sibuk korupsi tapi memolesnya dengan banyak alasan, persepsi dan aneka asumsi. Begitulah yang saya rasakan.

Sebab saya muslim, saya berpikir...seharusnya Ramadhan adalah ajang kita  utnuk berlatih mencapai kemerdekaan yang sesungguhnya hingga memberi warna pada 11 bulan lainnya. Sayang, kita mengisi Ramadhan kita dengan kelatahan-kelatahan yang tidak perlu.  Jadi, sudahkan kita merdeka ? Silahkan direnungkan bila berkenan. Mari berjuang. Salam

Comments

  1. MARI BERJUANG MBAK, membebaskan diri dari miskin rasa dan harta.

    ReplyDelete
  2. @Ardian, siiip. Uh, saya belum merdeka. Masih ada sedikit lemak di pinggul saya, hehe (belum merdeka dari lemak. Becanda ya...

    ReplyDelete
  3. Sekali merdeka ttp MERDEKA. Hehee

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.