Embel-embel, Manusiawikah ?

He, tanpa sengaja seorang sahabat, Anazkia, membawa saya pada entry "Embel-embel" ini. Agak lama kata ini saya pikirkan sembari saya mandi. Mandi yang saya lakukan seperti biasa, bernyanyi dan tersenyum kecil. Oh, saya suka pada fakta bahwa saya dibawa pada kata "Embel-embel". Ikuti saja lanjutannya di bawah ini, kalau kau suka.

Ya, embel-embel. Buat saya kata itu lebih bermakna sebagai tambahan. Bila embel-embel dimaksudkan sebagai alasan dibalik sesuatu, maka ia bermakna sebagai alasan tambahan yang membuat kita melakukan sesuatu. Alasan tambahan, dan bukan alasan utama. Jangan sampai alasan embel-embel mengalahkan alasan utama. Seperti itulah kira-kira, menurut saya.

Selama manusia memiliki harapan dan angan, pasti manusia miliki alasan dibalik sesuatu yang di lakukannya. Anda yang bersekolah/kuliah pasti alasannya menambah ilmu, mendapatkan ijazah, dsb. Embel-embel lainnya, mungkin menambah teman. Teman saya waktu kuliah dulu malah parah lagi embel-embelnya, cari jodoh, hahaha. Setiap orang akan punya embel-embel. Sah-sah saja.

Tiba-tiba saya dibawa lagi ke pikiran lain. Apakah...., kalau kita miliki embel-embel itu artinya kita telah tidak tulus ? He, tidak juga. Asalkan kita tetap tulus bahwa kita mencari hal positif, dan tidak berniat negatif pada orang lain dimana kita telah berinteraksi, kita tetap dikategorikan sebagai sosok yang tulus. Asalakan kita tidak menistakan semesta ini. Tentu saja menurut saya.

Jadi, embel-embel, masusiawikah ? Tentu saja. Buat saya setiap manusia pasti punya embel-embel ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya. Kecuali kalau kita termasuk orang tidak suka mengembangkan diri. Saya senang bersahabat dengan siapa saja, baik di dunia maya maupun nyata. Alasannya, saya ingin bersahabat secara tulus. Bahwa saya juga  punya keinginan/embel-embel  lain  seperti..., ingin belajar sesuatu dari karakter sahabat-sahabat saya sebab apapun bisa saya pelajari baik hal yang tidak enak maupun enak, itu sah-sah saja menurut saya. Itu manusiawi. 

Begitulah. Mungkin karena saya tipe orang yang suka menikmati setiap curahan dari semesta beserta isinya ini, saya membuka diri meskipun sesungguhnya saya pemalu, hehe. Sekali lagi, cuma pendapat pribadi.  Pikirkan bila kau suka. Salam.

Comments

  1. assalamualaikum..
    lama tak berkunjung. saya setuju mbak, saya pikir kita perlu berteman, mencari sosok lain sebagai tempat untuk belajar, memperkaya diri dengan khasanah sikap yang lebih berharga.
    salam

    ReplyDelete
  2. itu namanya embel-embel simbiosis mutualisme, yg saling menguntungkan antara kita dan orang lain kalau hal itu bukan sesuatu yg menyakiti atau merugikan orang lain kenapa tidak ya

    ReplyDelete
  3. hmm...apakah itu juga artinya ada udang di balik batu? tapi kadang2 embel2 itu perlu juga sih

    ReplyDelete
  4. @Neng Rara, wa;alaikumsalam. Hei, apa kabar ?

    @Ladyonthemirror, ah iya, kira-kira seperti itu

    @Sang Cerpenis, hm, apa ya, mungkin tepatnya harapan lain mbak.

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.